REPUBLIKA.CO.ID,Waraqah bin Naufal merupakan seorang pendeta Nasrani yang memiliki saudara kandung bernama Khadijah binti Khuwalid Radhiyallhu anha. Pada satu hari, Khadijah yang penasaran akan apa yang telah dialami suaminya Muhammad SAW pada masa awal menerima wahyu dari Allah SWT pergi menemuinya.
HMH Al-Hamid Al-Husaini dalam buku ‘Rumah Tangga Nabi Muhammad SAW’ menerangkan, Waraqah kala itu terkenal sebagai penginjil terkemuka di kalangan Nasrani. Kedatangan Khadijah pada hari yang masih teramat pagi tersebut diterima baik oleh Waraqah.
Setelah dipersilakan duduk, Khadijah diminta untuk menerangkan maksud kedatangannya pada pagi hari itu. Waraqah yang sudah lanjut usia tidak dapat berjalan baik. Sambil duduk mendengarkan semua yang diceritakan oleh Khadijah, tiba-tiba wajah Waraqah tampak kemerah-merahan berseri-seri.
Dengan semangat, Waraqah berkata, "Quddus, Quddus, Demi Tuhan yang menentukan hidup-matiku, jika engkau percaya, hai Khadijah, yang datang kepadanya (Nabi Muhammad SAW) itu adalah malaikat terbesar yang dahulu datang kepada Musa dan Isa! Ia (Muhammad) adalah Nabi bagi umat ini. Katakan kepadanya hendaknya, ia tetap tabah dan mantap."
Tanpa menunggu tambahan penjelasan lagi, Khadijah cepat-cepat pamit diri untuk segera pulang. Dia pun berjalan cepat ingin segera menyampaikan berita gembira itu kepada suaminya. Ternyata, Nabi Muhammad SAW masih tidur setelah ketakutan akibat menerima wahyu yang pertama. Khadijah tidak tega membangunkannya. Beberapa saat, ia duduk di sampingnya, menunggu hingga Muhammad terbangun sendiri dari tidurnya.
Dengan keringat dingin membasahi muka dan dengan napas terengah-engah, Muhammad SAW bergerak, kemudian membuka mata dan bangun. Beberapa saat beliau tampak masih dalam keadaan seperti itu hingga pulih Kembali ketenangannya.
Begitu rupa keadaan beliau hingga kelihatan sedang mendengarkan orang berbicara di depannya perlahan-lahan, seakan-akan sedang mengimlakan kalimat-kalimat yang tak boleh dilupakan.

8 hours ago
8














































