Deklarasi Krapyak 2025, Ulama Muda Teguhkan Moderasi dan Ekoteologi di Tengah Krisis Lingkungan

6 hours ago 7

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Di tengah meningkatnya krisis lingkungan dan bencana ekologis di berbagai wilayah Indonesia, para ulama muda Jawa–Madura menyatakan komitmen bersama melalui Deklarasi Krapyak untuk Moderasi Beragama dan Ekoteologi. Deklarasi ini lahir dalam Muktamar Pemikiran Ulama Muda tentang Moderasi Beragama dan Ekoteologi yang digelar di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Jumat (13/12/2025), sebagai respons keagamaan atas kerentanan bumi dan tantangan kemanusiaan yang kian kompleks.

Deklarasi tersebut menegaskan lima komitmen utama ulama muda, mulai dari kesetiaan kepada Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI, hingga peneguhan ajaran Ahlusunnah wal Jamaah sebagai fondasi berpikir dan bersikap moderat, adil, toleran, serta menjaga harmoni relasi manusia dan alam.

Ulama muda juga menegaskan moderasi beragama bukan sekadar wacana, melainkan jalan dakwah, pendidikan, dan pengabdian nyata di tengah masyarakat yang tengah menghadapi krisis lingkungan dan bencana berulang.

Komitmen paling menonjol dalam deklarasi ini adalah penguatan ekoteologi, yakni pandangan keagamaan yang menempatkan menjaga bumi sebagai amanah iman, tanggung jawab moral, dan kewajiban kemanusiaan. Ulama muda menyatakan bahwa krisis ekologis bukan sekadar persoalan teknis, melainkan krisis etika dan spiritual yang menuntut perubahan cara pandang dan tindakan kolektif umat beragama.

Karena itu, mereka mendorong kerja bersama antara pesantren, pemerintah, dan masyarakat untuk mewujudkan pembangunan yang damai, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Sejalan dengan semangat deklarasi tersebut, Kementerian Agama RI menegaskan bahwa ekoteologi dan moderasi beragama merupakan mandat langsung dan bagian dari asta program prioritas Menteri Agama Nasaruddin Umar. Hal itu disampaikan Rizky Riyadu Taufiq, Kepala Bagian Umum, Perpustakaan, dan BMN BMBPSDM Kemenag RI.

"Ekoteologi menjadi tema besar Kementerian Agama saat ini. Sementara moderasi beragama adalah ruh utama yang menguatkan nilai wasathiyah, tasamuh, i’tidal, dan tawazun di tengah kehidupan umat beragama," ujarnya.

Rizky menilai tema 'Kerukunan Kosmik: Relasi Tuhan, Manusia, dan Lingkungan' relevan dengan tantangan zaman. Menurutnya, muktamar ini menjadi ruang strategis bagi ulama muda, gus, ning, dan aktivis muda untuk merumuskan gagasan keagamaan yang berpihak pada kepentingan umat dan kelestarian lingkungan.

"Forum ini kami hadirkan sebagai ruang bertukar pikiran agar lahir gagasan yang dapat kita serahkan kembali ke forum besar sebagai rekomendasi bersama," katanya. Ia juga menegaskan bahwa hasil muktamar bersifat independen dan kultural. “Saya yakin hasilnya akan original, otentik, dan berpihak pada gerakan kultural," katanya menegaskan.

Melalui Deklarasi Krapyak 2025, ulama muda menegaskan bahwa agama tidak boleh berhenti pada ritual dan wacana moral semata. Di tengah krisis lingkungan dan bencana yang terus berulang, agama dituntut hadir sebagai kekuatan etis dan praksis—menjaga keseimbangan relasi Tuhan, manusia, dan alam demi masa depan bumi dan generasi yang akan datang.

Read Entire Article
Politics | | | |