Penyakit Jantung Masih Dominasi Kasus Kematian Jamaah Haji Indonesia 

4 hours ago 3

Senin 19 May 2025 17:27 WIB

Aktivitas berlebih jamaah haji bisa menyebabkan risiko serangan jantung lebih tinggi.

Tenaga kesehatan mengecek perlengkapan ambulans di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Arab Saudi, Kamis (8/5/2025). KKHI yang berada di Makkah dan Madinah merupakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi jamaah haji Indonesia yang membutuhkan pelayanan rawat jalan, rawat inap, darurat, unit perawatan intensif, rujukan, pemeriksaan penunjang, pelayanan sanitasi, pelayanan gizi, serta layanan safari wukuf, tanazul dan evakuasi.

Foto: ANTARA FOTO/Andika Wahyu

Tenaga kesehatan mengecek perlengkapan ambulans di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Arab Saudi, Kamis (8/5/2025). KKHI yang berada di Makkah dan Madinah merupakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi jamaah haji Indonesia yang membutuhkan pelayanan rawat jalan, rawat inap, darurat, unit perawatan intensif, rujukan, pemeriksaan penunjang, pelayanan sanitasi, pelayanan gizi, serta layanan safari wukuf, tanazul dan evakuasi.

REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Jurnalis Republika Teguh Firmansyah dari Makkah, Arab Saudi

Angka kematian jamaah haji Indonesia di Tanah Suci per Senin (19/5/2025) mencapai 28 kasus. Penyakit jantung dan sepsis mendominasi kasus kematian. 

"Jantung paling banyak, kedua sepsis," ujar Kabid Kesehatan PPIH Arab Saudi M Imran saat memberikan keterangan pers di Kantor Urusan Haji Makkah, Senin (19/5/2025).  

Di antara kasus yang menonjol adalah saat jamaah tiba di Arab Saudi. Ada setidaknya tiga jamaah yang meninggal ketika sampai di Tanah Suci.  Selain juga ada juga jamaah terkena serangan jantung ketika perjalanan naik bus ke Makkah.  "Itu udah ada riwayat sakit jantung koroner," ujarnya. 

Beberapa waktu lalu, kata ia, ada kasus pendamping lansia berusia 65 tahun yang terkena serangan lantaran memang sudah punya riwayat sebelumnya.  Jamaah itu menemani orang tuanya yang juga sudah berusia lanjut.  "Waktu tawaf dan sai dia sudah pakai kursi roda karena memang disarankan, tapi tetap (kena)," jelasnya. 

Sebenarnya, kata Imran, pemerintah telah melakukan pemeriksaan sebelum jamaah berangkat ke Tanah Suci. 

Mereka yang terdeteksi terkena jantung risiko berat tidak diperkenankan untuk bisa berangkat haji.   "Yang risiko berat ini jalan ringan saja sudah ngos-ngosan," ujarnya.  

Adapun sepsis merupakan infeksi menyeluruh yang membuat kegagalan organ. Kasus ini berawal dari pneumonia dan bisa berlanjut karena sepsis.  "Ini menyebabkan ginjalnya kena, termasuk paru-paru. sepsis diawali pneumonia," ujarnya. 

Menurut Imran angka kematian pada tahun dalam periode sama lebih tinggi 5 orang dibandingkan pada tahun lalu. Risiko penyakit jantung, kata ia, juga banyak terjadi ketika Madinah. Bolak-balik shalat di Nabawi, tanpa melihat kondisi tubuh, bisa menyebabkan kecapekan dan berisiko tinggi buat mereka yang punya risiko jantung.  

Berita Lainnya

Read Entire Article
Politics | | | |