Pertumbuhan Ekonomi DIY Tertinggi Kedua se-Jawa pada Triwulan I 2025

5 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menunjukkan eksistensinya lewat pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di Pulau Jawa. Pada triwulan I-2025, tercatat ekonomi DIY tumbuh positif sebesar 5,11 persen (yoy), sementara provinsi yang lain di Pulau Jawa tumbuh antara 4,95-5,00 persen.

Kepala  Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, Herum Fajarwati mengatakan pertumbuhan ini tak lepas dari adanya aktivitas domestik yang terjaga yang ditandai dengan solidnya aktivitas produksi, meningkatnya konsumsi dan mobilitas masyarakat, serta daya beli masyarakat yang terjaga dengan dukungan kebijakan pemerintah.

"Aktivitas ekonomi yang meningkat antara lain didorong oleh pertumbuhan produksi tanaman pangan seiring masa panen padi dan jagung yang kembali normal setelah tahun lalu sempat bergeser ke triwulan-II akibat El Nino, tetap berlanjutnya proyek pembangunan infrastruktur, serta peningkatan aktivitas konsumsi oleh masyarakat di DIY di momen Ramadan dan pencairan THR," katanya dalam acara rilis pertumbuhan ekonomi di Kantor BPS DIY, Senin (5/5/2025).

Dia menjelaskan kinerja pertumbuhan ekonomi DIY menurut lapangan usaha didominasi oleh Industri Pengolahan sebesar 11,99 persen, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 11,89 persen, dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 10,65 persen, serta Informasi Komunikasi, dan Konstruksi dengan kontribusi masing-masing sebesar 9,55 persen, dan 8,70 persen.

Dari sisi pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang tumbuh sebesar 14,83 persen, disusul Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum serta Administrasi Pemerintahan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 12,58 persen dan 12,37 persen. 

Sementara dari sisi pengeluaran, struktur ekonomi DIY masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) dengan kontribusi sebesar 61,22 persen, diikuti oleh PMTB sebesar 32,55 persen, dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) sebesar 12,80 persen. Adapun pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen PKRT sebesar 4,80 persen, ekspor barang dan jasa 4,67 persen dan PMTB 4,58 persen.

Herum tak menampik bahwa tumbuhnya perekonomian DIY triwulan I-2025 didukung juga oleh peningkatan kinerja seluruh lapangan usaha termasuk industri pengolahan yang ikut tumbuh ditopang oleh permintaan domestik dan luar negeri. Hal ini kemudian diperkuat dengan tumbuhnya industri makanan dan minuman yang didukung oleh peningkatan permintaan domestik untuk produk makanan dan minuman seiring adanya peningkatan jumlah wisatawan serta momen Ramadan dan lebaran lalu.

"Kembalinya masa panen tanaman pangan padi dan jagung ke triwulan I menjadi faktor pendorong peningkatan permintaan tractor pada industri mesin dan perlengkapan. Di sisi lain, ekspor barang DIY ke luar negeri juga menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan ekspor produk minuman jadi, pakaian jadi bukan rajutan, barang-barang dari kulit, dan kertas/karton," ujarnya.

Menurutnya, momen Ramadhan dan cuti bersama hari besar nasional juga mendorong kenaikan mobilitas penduduk sehingga mendorong tumbuhnya lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum meskipun terjadi perlambatan akibat menurunnya tingkat okupansi hotel seiring kebijakan efisiensi anggaran pemerintah yang menekan aktivitas MICE di hotel.

"Momen Ramadhan, pencairan THR, dan cuti bersama hari besar nasional yang dimanfaatkan masyarakat untuk berekreasi mendukung peningkatan pengeluaran masyarakat DIY untuk makanan dan minuman, transportasi/angkutan, komunikasi, rekreasi, dan penginapan," ucap dia.

Ia melanjutkan, meskipun tumbuh perlahan, BPS DIY juga merinci realisasi investasi yang berkontribusi sebesar 32,55 persen tumbuh didorong oleh masih berlangsungnya sejumlah Proyek Strategis Nasional (PSN) di DIY pada triwulan ini, seperti pembangunan jalan tol maupun bukan tol, kelok 23, termasuk Jembatan Pandansimo. Impor Mesin dan Perlengkapan mengalami kenaikan sebesar 8 persen, sedangkan impor Peralatan Lainnya meningkat hingga 30 persen.

Sementara itu, Belanja Modal Pembangunan Gedung dan Belanja Modal Aset Lainnya mengalami penurunan sebagai dampak efisiensi yang dilakukan oleh pemerintah pada awal tahun 2025. Di lain sisi, sebagai kontributor terbesar ketiga, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah 12,80 persen tumbuh didorong oleh beberapa hal, antara lain pembayaran THR secara penuh pada tahun 2025, berbeda dibandingkan tahun 2024 yang sebagian instansi tidak mencairkan THR.

Herum berpesan agar perkembangan perekonomian DIY yang positif ini perlu tetap dijaga dengan terus memitigasi risiko melambatnya perekonomian global tahun 2025 yang diperkirakan hanya tumbuh 2,8 persen berdasarkan proyeksi IMF.

"Upaya penguatan fundamental perekonomian perlu terus dilakukan melalui program strategis yang efektif, seperti penguatan stabilitas inflasi, peningkatan daya beli masyarakat, penguatan ketahanan pangan, peningkatan produktivitas tenaga kerja, penguatan kinerja ekspor, dan penerapan strategi berkelanjutan terhadap proyek infrastruktur besar yang sedang berlangsung," katanya.

Read Entire Article
Politics | | | |