Gubernur Konten: Refleksi tentang Realitas Politik Indonesia

5 hours ago 3

Image Miftah Rinaldi Harahap

Politik | 2025-05-06 07:43:01

"Kau lelah bung ?" Tanya seorang kawan kepadaku. Iya, aku sangat lelah bung, ucapku kepada kawan yang sedari tadi sibuk membolak - balikkan sebuah buku. Kalo kau lelah, itu tandanya kau harus tarik nafas sejenak. Sembari membaca kembali pikiran- pikiran para pendiri bangsa ini, tegasnya kepadaku. Aku tidak menjawab perkataan kawanku ini. Di depan kami sebuah laptop sedang menampilkan berita tentang seorang Gubernur yang sedang asyik membawa kamera kemana pun ia pergi.
Selain menginformasikan tentang kebiasaan Gubernur ini. Berita yang aku lihat juga menampilkan apresiasi dari warga kepada sang Gubernur. Ribuan puja - puji meluncur dari warga. Berita ini semakin menarik karena selain puja - puji datang dari warga yang dipimpinnya. Puja - puji juga datang dari warga yang berada diluar daerah yang dipimpinnya. Bahkan, warga yang berada di luar daerah ini meminta agar sang Gubernur memimpin daerah mereka.

Dahiku mengkerut menonton berita ini. Apa tidak ada berita lain, ya ? Pikirku. Aku yang masih fokus menonton berita itu. Dikejutkan oleh pertanyaan dari kawan yang sedari tadi sibuk membaca buku. Ekspresi mu memang gak bisa bohong bung. Kenapa bung ? Kau jengkel melihat kesadaran politik warga yang tidak bertumbuh , ya ? Tanyanya.

Sambil melihat langit - langit kamar kos yang dipenuhi dengan sarang laba - laba yang mulai muncul, aku menjawab; Iya, bung. Warga kok gak pernah belajar dari pengalaman mereka sepuluh tahun di pimpin oleh Joko Widodo, ya ? Maksudnya, warga kok tidak bisa menyadari bahwa media itu bisa menipu mata. Media itu alat propaganda. Segala hal bisa dipoles dan dikondisikan. Betapa bahaya, jika warga tidak mampu untuk bersikap skeptis terhadap kekuasaan yang menguasai media,tegas ku kepadanya.

Dokumentasi Pribadi

Disisi lain, benar tadi yang kau katakan bahwa aku juga sedih melihat kesadaran politik warga yang tidak bertumbuh. Maksudku, keberhasilan seorang pemimpin di berbagai level kepemimpinan ditentukan dari berjalannya sistem bukan dari individu. Jadi, seorang pemimpin itu mampu untuk mengoptimalkan jaring - jaring kekuasaannya dengan baik untuk melayani warga.Tentu, hal yang ku sampaikan ini masih hal elementer. Begitu seharusnya kalo pakai cara berfikir Republik, bung.

Uraian dariku membuat kami mengeksplorasi berbagai hal. Termasuk PHK yang sedang marak terjadi sampai kepada hal yang baru saja terjadi seperti perusahaan AI yang menjanjikan akan memberikan sekian rupiah jika warga mau untuk melakukan scan terhadap retina mata. Anehnya, warga mau dan datang ke perusahaan itu. Tentu, saja ada banyak faktor yang membuat warga mau. Tetapi, faktor yang paling utama yang menggerakkan warga adalah karena himpitan persoalan ekonomi.

Mengeksplorasi berbagai macam hal membuat kami sampai pada satu kesimpulan bahwa memang kapitalisme semakin ganas mengeksploitasi manusia. Disisi lain pendidikan politik menjadi hal mutlak untuk pertumbuhan kesadaran warga. Lantas, siapa yang harus memulai itu semua? Tentu saja kita sebagai warga. Dalam soal siapa yang memulai ini memang aku dan kawanku ini selalu sepaham. Sebab, pada tingkatan kesadaran politik berikutnya, warga harus bisa menyadari bahwa ia harus bersikap otonom terhadap apapun bahkan terhadap Negara.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |