Odjie Samroji
Politik | 2025-05-14 04:09:34

Kunjungan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump ke Arab Saudi bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Pangerang Mohamed bin Salman di Riyadh, Selasa (13/5) mengundang perhatian banyak pihak. Dalam pertemuannya dengan Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohamed bin Salman, Trump menyampaikan harapannya agar Arab Saudi bersedia untuk menormalisasi hubungan dengan Israel melalui skema perjanjian yang dikenal sebagai Abraham Accords. Ini bukanlah langkah yang sepele, mengingat sejarah panjang ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Abraham Accords, yang ditandatangani pada tahun 2019, merupakan upaya untuk membuka jalan bagi hubungan yang lebih baik antara Israel dan beberapa negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan. Langkah ini, meskipun dianggap sebagai terobosan diplomatik, juga menimbulkan banyak pertanyaan dan kekhawatiran, terutama terkait dengan hak-hak rakyat Palestina.
Apa yang Terjadi di Balik Normalisasi?
Normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel bisa jadi merupakan langkah yang strategis. Namun, kita harus bertanya: Apakah ini benar-benar untuk menciptakan perdamaian yang adil, atau hanya untuk kepentingan politik tertentu? Dengan Trump yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan Israel, ada kekhawatiran bahwa upaya ini lebih berfokus pada keuntungan Israel daripada pada keadilan bagi rakyat Palestina.
Rakyat Palestina telah lama berjuang untuk hak mereka atas tanah dan kemerdekaan. Setiap langkah menuju normalisasi yang mengabaikan hak-hak mereka hanya akan memperdalam ketidakadilan yang sudah ada. Jika Arab Saudi, sebagai salah satu kekuatan utama di dunia Arab, bersedia menjalin hubungan dengan Israel tanpa mempertimbangkan aspirasi Palestina, maka kita harus memikirkan kembali apa arti perdamaian yang sebenarnya.
Sebagai negara dengan pengaruh besar di Timur Tengah, Arab Saudi memiliki tanggung jawab untuk memimpin dalam mendukung perjuangan Palestina. Normalisasi hubungan dengan Israel tidak seharusnya mengorbankan hak-hak rakyat Palestina. Sebaliknya, langkah ini harus diiringi dengan upaya untuk menyelesaikan konflik yang ada dan memberikan keadilan bagi semua pihak.
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa setiap perjanjian yang tidak mencakup komitmen untuk menyelesaikan masalah inti, seperti status Yerusalem dan hak pengungsi, tidak akan membawa kedamaian yang sejati. Oleh karena itu, dukungan internasional dan solidaritas terhadap Palestina harus tetap menjadi bagian integral dari setiap diskusi mengenai normalisasi hubungan ini.
Kunjungan Trump ke Arab Saudi dan harapannya untuk melihat normalisasi hubungan dengan Israel adalah langkah yang berani, tetapi juga penuh risiko. Kita harus tetap kritis dan mempertanyakan apakah langkah ini akan membawa kepada perdamaian yang adil atau justru memperburuk situasi. Dalam setiap langkah menuju normalisasi, hak-hak rakyat Palestina harus tetap menjadi prioritas. Hanya dengan cara ini, kita dapat berharap untuk melihat masa depan yang lebih damai dan berkeadilan di kawasan Timur Tengah. (odj)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.