Fiqih Akhdiyatu Salam
Parenting | 2025-05-14 11:36:39

Kesehatan mental pada usia dewasa muda menjadi perhatian yang semakin penting di tengah banyaknya tekanan sosial, ekonomi, dan eksistensial. Salah satu hal utama yang akhir-akhir ini menarik perhatian para psikolog adalah bagaimana pola asuh orang tua atau gaya pengasuhan mempengaruhi kualitas hubungan interpersonal, terutama pada individu yang mengalami masalah psikologis, seperti depresi. Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Psychology (2023) mengungkapkan hubungan yang kuat antara pola pengasuhan di masa kecil dengan kemampuan untuk membangun hubungan sosial yang sehat di masa dewasa.
Artikel ini berusaha untuk merangkum hasil penelitian tersebut, mengaitkannya dengan konteks masyarakat Indonesia, dan menjelaskan pandangan para ahli psikologi tentang pentingnya pendekatan pengasuhan yang mendukung dalam membangun daya tahan emosional dan kemampuan hubungan anak-anak hingga dewasa.
Orang Tua dan anak(pexels.com/Kampus Production)
Temuan Penelitian: Gaya Pengasuhan dan Keterampilan Sosial Dewasa Muda
Penelitian yang dipublikasikan di Frontiers in Psychology melibatkan seribu peserta dewasa muda yang mengalami gejala depresi klinis. Penelitian ini berfokus pada penilaian bagaimana pengalaman mereka dengan pola pengasuhan orang tua di masa kecil, baik yang suportif maupun otoriter, memengaruhi kemampuan mereka untuk menjalin hubungan sosial di masa dewasa.
Hasilnya sangat mencolok: individu yang dibesarkan dengan gaya parenting yang penuh kasih, responsif, dan hangat menunjukkan kualitas hubungan interpersonal yang lebih baik dibandingkan mereka yang mengalami gaya pengasuhan yang otoriter, dingin, atau penuh tekanan. Gaya pengasuhan yang suportif tampaknya membentuk dua variabel psikologis penting, resiliensi dan citra diri yang positif, yang menjadi dasar kemampuan individu dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat.
Anak dan Ibu (pexels.com/Olha Ruskykh)
Pandangan Para Ahli
Dr. Lisa Firestone, seorang psikolog klinis dan direktur The Glendon Association, menekankan bahwa “pola asuh tidak hanya sekadar mendidik anak, tetapi juga membentuk struktur internal mereka, cara mereka mencintai, merasakan aman, dan membangun kepercayaan. ”
Sementara itu, psikolog asal Indonesia, Dr. Auliya Rachman, M. Psi. , mengatakan bahwa dalam budaya timur seperti Indonesia, banyak orang tua yang masih menerapkan pola pengasuhan otoriter demi disiplin dan kepatuhan. “Padahal, sikap otoriter tanpa kehangatan dapat menghalangi afeksi dan menciptakan anak-anak yang tidak aktif secara sosial, atau malah menjadi agresif saat dewasa,” ujarnya dalam sebuah diskusi publik tentang kesehatan mental remaja.
Keterkaitan Masa Kecil dan Masa Dewasa
Kaitan antara masa lalu dan saat ini adalah benang yang halus namun kuat yang menghubungkan cerita setiap individu. Pengalaman emosional di masa kanak-kanak, khususnya bagaimana orang tua merespons kebutuhan psikologis anak, ternyata memiliki dampak yang berkelanjutan hingga dewasa.
Dewasa muda yang mengalami depresi sering kali melaporkan kesulitan dalam mempercayai orang lain, merasa tidak pantas dicintai, dan cenderung menghindari hubungan yang dalam. Gejala-gejala ini biasanya mencerminkan hubungan awal mereka dengan figur pengasuh utama. Tanpa pola asuh yang aman dan mendukung, seseorang dapat tumbuh dengan struktur emosional yang lemah, yang menjadikan hubungan sosial bukanlah sumber kekuatan, melainkan sebagai medan pertarungan batin.
Implikasi dan Arah Kebijakan
Temuan ini menjadi peringatan bagi orang tua, pendidik, dan perancang kebijakan untuk lebih menekankan pendidikan pengasuhan yang berbasis empati dan perkembangan psikologis anak. Program-program pelatihan untuk orang tua, konseling keluarga, dan intervensi dini di sekolah perlu diperluas sebagai langkah pencegahan terhadap masalah kesehatan mental di kalangan generasi muda.
Investasi pemerintah dalam kekuatan keluarga melampaui aspek finansial, dan mencakup upaya menciptakan generasi yang sehat baik secara sosial maupun emosional. Dalam pandangan yang lebih filosofis, filsuf Yunani Plutarch pernah menyatakan, “Pikiran bukanlah wadah yang harus diisi, tetapi api yang perlu dinyalakan. ”Tanggung jawab orang tua bukan sekadar mengisi anak dengan nilai-nilai, tetapi juga menyalakan semangat kemanusiaan dalam diri mereka."
Penutupan
Cara orangtua mendidik anak adalah benih yang ditanam dari jauh-jauh hari, dan hasilnya akan terlihat sepanjang hidup. Memahami bagaimana hal ini berpengaruh pada hubungan sosial anak muda, terutama mereka yang sedang berhadapan dengan depresi, adalah langkah pertama untuk membangun generasi yang lebih utuh dalam jiwa dan sosial. Sebuah masyarakat yang maju tidak hanya terdiri dari infrastruktur yang baik, tetapi juga dibangun atas fondasi kasih sayang dalam sebuah rumah dan pelukan penuh cinta dari seorang ibu atau ayah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.