Derita Jamaah Haji, Pulang dari Tanah Suci Masuk Karantina di Pulau Onrust, Jika Meninggal Dimakamkan Sembarangan

3 hours ago 3

Sejarah 2025-05-19 22:51:31

Jamaah haji di Karantina di Pulau Onrust. Foto: Dok Republika

KURUSETRA, Salam Sedulur... Perjalanan jamaah haji Indonesia di Tanah Suci pada 2025 ini mendapatkan banyak cobaan. Mulai dari terpisahnya jamaah suami dengan istri, koper yang terpisah hingga belasan kilometer dengan pemiliknya, sampai pembimbing ibadah dan dokter kloter yang berbeda hotel. Banyak yang menilai ibadah haji tahun ini penuh tantangan dengan amburadulnya pelaksanaan di lapangan.

Biaya yang dikeluarkan jamaah juga tidak sedikit. Apalagi panggilan haji bagi umat Islam Indonesia memiliki waktu tunggu yang sangat lama hingga belasan tahun lantaran kuota yang terbatas. Meski begitu tetap saja minat umat Islam Indonesia untuk menunaikan rukun Islam kelima itu tidak pernah surut, bahkan sudah berlangsung ratusan tahun lalu. Mulai dari kapal layar hingga kapal uap.

Di zaman kolonial, nasib para jamaah haji sungguh menyedihkan. Setibanya di Tanah Air setelah melakukan rukun Islam kelima, mereka harus dikarantina dan ditempatkan di barak-barak (seperti terlihat dalam foto). Di tempat itu, sekitar 3.500 jamaah haji ditampung untuk pemeriksaan kesehatan. Bukan hanya jamaah haji dari Batavia, tapi dari seluruh Nusantara, tidak terkecuali diharuskan di karantina di pulau yang luasnya sekitar 7,5 hektare itu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Karantina haji ini berlangsung selama 22 tahun, dari 1911 sampai 1933. Di pulau ini mereka harus tinggal lima hari, bahkan lebih lama bila mengidap penyakit. Kala itu, pemerintah Belanda khawatir para jamaah sepulangnya dari tanah suci membawa penyakit, yang menyebabkan diberlakukannya sistem karantina. Sebelum ke Onrust, para jamaah haji satu per satu dicek kesehatannya oleh dua petugas di Pulau Cipir yang letaknya bersebelahan dengan Onrust.

Usai pemeriksaan, para jamaah harus menanggalkan seluruh pakaiannya, diganti dengan pakaian karantina. Kemudian mandi dan diperiksa seorang dokter. Bila ada yang membawa penyakit menular, diharuskan tinggal di stasiun karantina di Pulau Cipir yang dibangun bersamaan dengan karantina Pulau Onrust. Selama pemeriksaan kesehatan, pakaian pribadi serta kapal pengangkut difumigasi. Para jamaah yang sehat dibawa ke Onrust melalui Eretan.

Di Pulau Cipir kita masih mendapati tempat perawatan jamaah haji yang kini sudah tinggal puing-puing. Setiba di Onrust dari Cipir, para jamaah haji kembali diperiksa kesehatannya.

Di sini, terdapat enam petugas kesehatan Belanda turut menangani jamaah haji. Para jamaah haji yang meninggal dikuburkan dengan sangat sederhana. Jenazah-jenazah jamaah haji dimakamkan di sembarang tempat dan sama sekali tidak memperhitungkan arah kiblat. Itulah derita para haji di Onrust era kolonial.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: [email protected]. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini

Image

Jangan Percaya Cerita Sebelum Baca Kurusetra

Read Entire Article
Politics | | | |