REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Populasi Gajah Sumatera di ekosistem Bukit Tigapuluh, Jambi, menghadapi ancaman serius akibat alih fungsi lahan dan pemasangan pagar listrik ilegal. Geopix mengungkapkan kondisi memprihatinkan akibat aktivitas perusahaan karet PT Lestari Asri Jaya (LAJ), anak perusahaan PT Royal Lestari Utama (RLU) yang berafiliasi dengan Michelin Group.
Dalam laporan terbarunya pada konferensi pers yang digelar di Tanamera Coffee Yogyakarta, Senin (5/5/2025), Geopix menyatakan bahwa konsesi Michelin seluas 61.495 hektare berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Alih-alih mempertahankan ekosistem alami, LAJ diduga telah mengubah hutan dengan keanekaragaman hayati tinggi menjadi perkebunan karet monokultur, yang berdampak buruk pada keseimbangan lingkungan. Kawasan dataran rendah yang seharusnya menjadi koridor pergerakan gajah pun kini semakin terdesak.
Michelin telah menetapkan sebagian wilayah dari Blok 4 LAJ sebagai Wildlife Conservation Area (WCA). Namun, investigasi lapangan menemukan bahwa WCA justru berubah menjadi area perkebunan dan pemukiman ilegal. Selain menghilangkan habitat alami gajah, kondisi ini juga memperburuk aktivitas ilegal di Taman Nasional Bukit Tigapuluh.
Ancaman lain bagi gajah adalah pemasangan pagar listrik non-standar oleh masyarakat di sekitar area WCA. Geopix menemukan sekitar 44 titik lokasi pemasangan pagar listrik dengan panjang mencapai 46,6 kilometer. Pagar ini tidak hanya menghambat pergerakan gajah tetapi juga berpotensi menimbulkan kematian bagi satwa liar, termasuk manusia.
Pada pertemuan bilateral yang difasilitasi oleh Global Platform Sustainable Natural Rubber (GPSNR) pada 21 Maret 2025, Geopix menekan Michelin untuk segera membongkar pagar listrik yang membahayakan satwa liar. Namun, perusahaan tersebut belum menunjukkan komitmen nyata dalam menyelesaikan masalah ini.
Senior Wildlife Campaigner Geopix, Annisa Rahmawati, mengkritik minimnya aksi konkret dari Michelin. "Sebagian besar pagar listrik masih beroperasi hingga saat ini. Jika pembiaran terus berlanjut, fungsi WCA sebagai kawasan perlindungan satwa liar akan gagal sepenuhnya,” ujarnya.
Selain itu, Direktur Eksekutif Satya Bumi, Andi Muttaqien, menyampaikan bahwa Michelin sebagai pendiri Platform Global harus segera mengambil langkah serius dalam penyelesaian situasi kritis ini. "Sebagai pemimpin industri karet, Michelin memiliki tanggung jawab moral dan ekologis untuk melindungi satwa liar," katanya.
Untuk mengatasi krisis ini, Geopix dan organisasi konservasi lainnya mendesak Michelin agar segera melakukan di antaranya:
1. Pembongkaran pagar listrik ilegal yang menghambat pergerakan gajah di area WCA dan Blok IV.
2. Restorasi habitat agar area WCA kembali berfungsi sebagai koridor konservasi gajah.
3. Penyediaan jalur bebas bagi gajah dan satwa liar tanpa hambatan.
4. Penegakan hukum terhadap perambah dan pelaku aktivitas ilegal di kawasan konservasi.
5. Investigasi independen terhadap klaim keberlanjutan Michelin oleh otoritas lingkungan nasional dan organisasi internasional.
Saat ini, jumlah Gajah Sumatera di ekosistem Bukit Tigapuluh diperkirakan tidak lebih dari 120 ekor. Jika langkah konkret dan tegas tidak segera diambil, maka Geopix khawatir spesies ini akan berada di ambang kepunahan.