Tentara Israel menangisi rekan mereka yang tewas dalam operasi darat di Jalur Gaza, saat upacara pemakamannya di dewan regional Gezer Israel, 27 April 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV — Israel ngotot melanjutkan perang di Gaza. Kali ini mereka mengerahkan ribuan personel ke sana lengkap dengan berbagai senjata, mulai dari laras panjang, tank, hingga buldozer. Namun, meski perang berlangsung lebih dari 16 bulan, Israel belum berhasil menggapai tujuan utamanya, yaitu memusnahkan kekuatan Hamas.
Pada saat gencatan senjata awal tahun, Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata. Saat itu pasukan Hamas keluar dari persembunyian dan menampakkan diri. mengenakan penutup wajah dan memikul senjata laras panjang, brigade izzuddin al qassam tampil gagah dalam jumlah besar. Di sini semua unsur Israel, mulai pasukan kroco hingga Perdana Menteri Netanyahu tersentak, sudah diboom habis-habisan, kok mereka malah semakin kuat.
Hal tersebut membuat pihak Israel semakin marah karena mereka dianggap gagal berperang meski sudah didukung super power Amerika dan dilengkapi dengan teknologi dan senjata canggih. Mereka akhirnya mengkhianati perjanjian gencatan senjata, kembali membombardir Gaza dan mengabaikan keselamatan sandera yang ditawan Hamas.
Bukan tanpa konsekuensi, kelanjutan perang ini justru membuat ribuan prajurit mengalami gangguan jiwa, alias stres. Sebab mereka harus mengorbankan keutuhan rumah tangga mereka, juga mengakibatkan ekonomi keluarga prajurit mengalami kerugian materil.
Media Israel membahas kegagalan Israel dalam mencapai tujuannya dalam perang di Gaza, meskipun sudah lebih dari satu setengah tahun berlalu, dan dalam konteks ini menunjuk pada operasi kualitatif yang terus dilakukan perlawanan Palestina.
Oleh karena itu, Saluran 14 Israel menyatakan bahwa realitas di Jalur Gaza membutuhkan perubahan mendalam dalam doktrin tempur. Strategi tentara Israel harus lebih presisi untuk melakukan penyerangan.
Hamas, menurut pengakuan saluran Israel, telah "membangun kembali dirinya, menyiapkan perangkap peledak, dan merekrut pasukan." Ini menjadi strategi militer Hamas yang canggih dan mematikan pihak Israel. Sebabnya, strategi ini tidak terbaca dan efektif mengakibatkan pasukan Israel menelan kekalahan. Nyawa mereka melayang dan sebagian prajurit terluka parah.