Tradisi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Desa Manggarwetan,Godong

5 hours ago 4

Image Iin Indana Zulfa

Pendidikan dan Literasi | 2025-05-17 19:57:12

Gambar: Peringatan Maulid dziba'(gambar ini di ambil setelah acara puncak maulid )

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Manggarwetan, Godong, bukan sekadar seremoni keagamaan, tetapi juga merupakan peristiwa budaya yang telah berlangsung secara turun-temurun. Perayaan ini disebut Bodo Mulud atau Lebaran Maulid, yang merupakan bentuk khas dari peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Tradisi ini dilakukan dengan membaca kitab al-Barzanji dan al-Diba’i, menyelenggarakan acara makan bersama (mayoran), dan berbagi makanan kepada tetangga (ater-ater). Kegiatan tersebut menjadi bentuk ungkapan cinta kepada Nabi SAW, doa permohonan keselamatan (wasilah), serta bentuk sosial dari tolak bala dan solidaritas antarwarga. Pelaksanaan tradisi ini telah mengalami pengayaan bentuk sejak dekade 1990-an, dan secara umum tetap dipertahankan hingga kini. Proses penguatan tradisi ini juga didukung oleh keberadaan mayoritas warga Nahdliyin di wilayah tersebut, yang dikenal dengan semangat menjaga dan melestarikan tradisi Islam lokal.

Dalam konteks bahasa dan budaya, Sri Isnani Setiyaningsih dalam makalah diskusinya menyoroti perbedaan semantik dan budaya antara penggunaan istilah “madu” dalam bahasa Indonesia dan “dharrat” dalam bahasa Arab. Secara denotatif, “madu” berarti cairan manis hasil lebah. Namun dalam konteks konotatif, kata ini digunakan di Indonesia untuk menyebut istri kedua atau lebih dari seorang pria. Di sisi lain, bahasa Arab menggunakan istilah “al-dharrat” yang lebih netral secara denotatif, namun membawa konotasi konflik dan rasa sakit secara sosial-budaya.

Perbedaan ini menunjukkan bahwa bahasa tidak semata alat komunikasi, tetapi juga konstruksi budaya yang sarat nilai dan persepsi sosial. Budaya paternalistik yang kuat di masyarakat Indonesia tercermin dalam penggunaan istilah "madu" yang memberi kesan manis dan menyenangkan bagi laki-laki, namun menyakitkan bagi perempuan. Tradisi Lebaran Maulid dan fenomena bahasa seperti istilah "madu" menggambarkan kuatnya relasi antara budaya dan ekspresi keagamaan serta linguistik dalam masyarakat Indonesia. Perayaan Maulid di Manggarwetan mencerminkan identitas budaya lokal yang religius, sementara perbedaan makna dalam bahasa menunjukkan bagaimana budaya membentuk persepsi sosial. Kajian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman terhadap tradisi Islam Nusantara serta mendorong pendekatan lintas disiplin antara studi kebudayaan dan linguistik dalam memahami realitas sosial keagamaan masyarakat Indonesia.

Daftar Pustaka

Setiyaningsih, Sri Isnani. Diskusi tentang perbedaan semantik istilah “madu” dalam bahasa Indonesia dan “al-dharrat” dalam bahasa Arab.

Azra, Azyumardi. Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal. Jakarta: Kompas, 2017.

Bruinessen, Martin van. Islamic Traditions in Indonesia: Networks of Religious Learning and Propagation. Leiden: ISIM, 2002.

Geertz, Clifford. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya, 1989.

Quraish Shihab. Membumikan Al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan, 1992.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |