Tradisi Maulid Nabi di Desa Adiraja: Arak Arakan dan Kirab

6 hours ago 3

Image Endah Maya Saputri

Sejarah | 2025-05-17 10:48:38

Tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu warisan budaya Islam yang memiliki akar kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk di Desa Adiraja, Kabupaten Banyumas. Maulid Nabi tidak hanya menjadi peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, tetapi juga menjadi sarana pembentukan karakter, pemersatu sosial, dan penguat nilai-nilai moral dan spiritual. Dalam konteks ini, sangat relevan untuk menggali makna dan keberlanjutan tradisi ini dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila dan teori kewarganegaraan sebagai landasan moral.

Perayaan Maulid Nabi di Desa Adiraja telah berlangsung selama puluhan tahun. Tradisi ini diyakini mulai berkembang pada masa awal penyebaran Islam di wilayah Banyumas, dibawa oleh para ulama setempat yang sekaligus menjadi tokoh masyarakat. Bentuk pelaksanaannya cukup khas yaitu perayaaan maulid nabi yang berlangsung selama 3 hari dengan berjalan jaraknya sekitar 20 kilometer.

Pada hari pertama, saudara-saudara kita dari Pekuncen datang bersama-sama, membawa hasil panen seperti beras, buah-buahan, sayuran, dan banyak lagi. Jarak yang ditempuh kurang lebih 20 kilometer. Para laki-laki mengenakan iket atau blangkon di kepala, beskap hitam, dan jarik yang melingkari bagian bawah tubuh mereka. Sementara itu, para perempuan mengenakan kebaya batik dan selendang putih yang selalu disampirkan di pundak mereka. Semua warga harus mengenakan pakaian tradisional. Mereka berjalan dari Desa Pekuncen dengan membawa bakul berisi makanan untuk dimasak bersama di Pasemuan Adiraja.

Sungkem dilakukan di petilasan Mbah Depok Kendran di desa Adiraja. Sungkeman ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Untuk Perempuan mencuci petilasan menggunakan tangan. Setelah selesai, mereka kembali ke Pasemuan di Adiraja untuk acara puncak. Dalam sungkeman malam hari, mereka saling mendoakan, bertukar sapa, dan kemudian makan bersama.

Makan Bersama di Rumah Pasemuan Adiraja Sumber : https://images.app.goo.gl/xSCpRABK51YxBCLi7

Tradisi Maulid Nabi di Adiraja mengandung berbagai nilai yang selaras dengan Pancasila dan prinsip-prinsip kewarganegaraan. Dari sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”, Maulid menegaskan nilai spiritual dan kecintaan kepada Rasulullah SAW. Dari sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, kegiatan ini menjadi sarana berbagi dan peduli antarwarga. Sila ketiga, “Persatuan Indonesia”, tercermin dari keterlibatan seluruh elemen masyarakat tanpa membedakan status sosial. Sedangkan sila keempat dan kelima, “Kerakyatan ” dan “Keadilan sosial ”, tercermin dalam pengambilan keputusan kolektif dan distribusi hasil bumi secara merata.

Tradisi ini mengajarkan nilai partisipasi aktif warga, kesadaran sosial, dan penguatan identitas lokal dalam bingkai kebangsaan. Tradisi Maulid berperan dalam pendidikan non-formal tentang nilai kebhinekaan dan toleransi, karena dalam praktiknya, warga non-Muslim pun ikut mendukung secara logistik atau keamanan kegiatanMelihat kekayaan nilai yang terkandung dalam tradisi Maulid Nabi, saya berpendapat bahwa tradisi ini perlu dilestarikan dan diadaptasi. 

Dilestarikan karena nilai-nilainya masih sangat relevan dengan tantangan moral masyarakat saat ini: krisis keteladanan, menurunnya semangat gotong royong, dan menguatnya individualisme. Tradisi ini menjadi wahana pembelajaran sosial yang efektif dan menyenangkan. Namun, adaptasi juga penting agar kegiatan ini tidak hanya menjadi seremoni rutin, tetapi memiliki dampak nyata bagi pemberdayaan masyarakat. Adaptasi teknologi informasi juga penting agar dokumentasi dan publikasi kegiatan dapat menjangkau generasi digital.

Daftar Pustaka Afiatun, I. I. (2021). AKULTURASI BUDAYA ISLAM DENGAN BUDAYA JAWA (Studi Kasus pada Masyarakat Islam dan Masyarakat Jawa di Desa Adiraja Kecamatan Adipala Kabupaten Cilacap) (Doctoral dissertation, Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali Cilacap).Rachmadhani, A. (2015). Kerukunan dalam Ritual Trah Kejawen Bonokeling di Desa Pekuncen Kabupaten Banyumas. Jurnal SMART (Studi Masyarakat, Religi, dan Tradisi), 1(1).Azra, Azyumardi. Islam Nusantara: Islam Berkemajuan dan Berkeadaban. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2019.Bauto, L. M. (2014). Perspektif agama dan kebudayaan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23(2), 11-25.Wahyono, Haryati Soebadio. Kebudayaan Indonesia: Suatu Perspektif. Jakarta: Gramedia, 1986.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |