REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Di Gaza, di mana kematian memasuki rumah-rumah warga tanpa izin, tanah itu menjadi saksi bisu atas tragedi ribuan syuhada yang tak teridentifikasi.
Sejak dimulainya perang dan genosida yang dilakukan Israel di Gaza pada Oktober 2023, warga Palestina telah menghadapi tantangan yang signifikan dalam mengidentifikasi dan menguburkan orang-orang yang mereka cintai, terutama mereka yang tubuhnya dimutilasi atau dipotong-potong.
Di Pemakaman Martir di Gaza timur, misalnya, deretan kuburan kecil berjejer. Nomor, bukan nama, tertulis di atas balok-balok semen, dengan tanda-tanda dalam bahasa Arab yang berbunyi ‘Martir Tak Dikenal’ dan ‘Jenazah Tak Dikenal’. Beberapa kuburan tidak memiliki tanda sama sekali, hanya gundukan tanah yang diselimuti kesunyian dan misteri.
Kenyataan mengerikan ini menunjukkan skala kehancuran yang disebabkan oleh serangan udara Israel, yang membuat warga Palestina menghadapi bentuk kematian yang jauh dari kata normal, karena pengeboman yang gencar oleh tentara Israel terhadap rumah-rumah, tempat penampungan dan rumah sakit membuat hampir tidak mungkin untuk mengidentifikasi mayat-mayat tersebut.
Dengan setiap pembantaian baru, para petugas penyelamat menemukan mayat-mayat tanpa kepala, anggota tubuh yang berserakan, atau jasad yang terbakar parah sehingga tidak dapat dikenali.
Berbicara kepada The New Arab, pekerja darurat Bulan Sabit Merah, Haji Mahmoud, menggambarkan apa yang ia katakan sebagai salah satu pemandangan paling mengerikan yang pernah ia saksikan.
“Dalam satu pembantaian, kami mengumpulkan sisa-sisa potongan tubuh seluruh keluarga,” katanya.
"Kami tidak bisa membedakan seorang anak dari seorang wanita atau seorang pria muda dari seorang yang lebih tua. Itu hanya daging dan tulang dan bagian tubuh yang robek. Kami harus mengumpulkan semuanya ke dalam kantong-kantong putih dan menguburkannya bersama di sebuah kuburan bersama. Batu nisan itu bertuliskan: 'Keluarga tak dikenal - Pembantaian Tal Al-Hawa'."
"Itu adalah salah satu momen tersulit dalam hidup saya. Kami ingin menjaga martabat mereka, meskipun kami tidak tahu nama mereka. Rasanya seperti kami diam-diam meminta maaf kepada mereka bahwa hanya ini yang bisa kami lakukan," ujarnya, dikuti dari laman The New Arab, Senin (21/7/2025).