Sejumlah warga mengantre untuk melakukan penukaran mata uang asing di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan. (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta, Jumat, menguat 13 poin atau 0,08 persen menjadi Rp 16.710 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.723 per dolar AS.
Analis Bank Woori Saudara Rully Nova memperkirakan penguatan rupiah dipengaruhi sentimen global berupa data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah dari perkiraan pasar.
“Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan menguat di kisaran Rp 16.680 hingga Rp 16.730, dipengaruhi sentimen global berupa data inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan,” ujar Rully di Jakarta, Jumat (19/12/2025).
Mengutip Anadolu, Consumer Price Index (CPI) tahunan AS tercatat sebesar 2,7 persen pada November 2025, lebih rendah dari proyeksi pasar 3,1 persen dan turun dari 3 persen pada September 2025. Adapun tingkat inflasi bulanan tercatat 0,2 persen pada November, menurun dari 0,3 persen pada September. Sementara itu, data inflasi Oktober tidak dirilis akibat penutupan pemerintahan federal AS.
Menurut Rully, pelemahan inflasi AS kembali menguatkan ekspektasi penurunan suku bunga acuan oleh Federal Reserve pada Januari 2026. “Angka tersebut memang belum sepenuhnya meyakinkan The Fed karena terdapat jeda penarikan data akibat shutdown pemerintah AS. Namun, pelaku pasar sudah meyakini The Fed akan memangkas suku bunga hingga tiga kali tahun depan, termasuk pada awal tahun,” katanya.
Dari sisi domestik, keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75 persen turut memunculkan kekhawatiran terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional. “Mengacu pada target pertumbuhan ekonomi Indonesia, sebaiknya suku bunga diupayakan serendah mungkin. Namun, di sisi lain BI juga memiliki kepentingan menjaga stabilitas rupiah,” ujar Rully.
sumber : Antara

3 hours ago
6













































