REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu ketika, Nabi Muhammad SAW menyampaikan ceramah di hadapan kaum Muslimin. Kepada mereka, beliau menjelaskan tentang tanda-tanda kiamat.
Di antara para pendengar itu ialah seorang Arab badui. Lelaki ini agak terheran-heran, mengapa di sepanjang ceramahnya Rasulullah SAW "hanya" menjelaskan tentang tanda-tanda kiamat, bukan kapan datangnya hari kiamat.
Lelaki Badui itu dengan "berani" mengacungkan tangan di tengah ceramah Nabi SAW. Ia kemudian bertanya dengan suara lantang, "Ya Rasulullah, kapankah hari kiamat itu?"
Nabi diam sejenak, lalu bertanya, “Apa yang sudah engkau siapkan untuk menghadapinya?”
Tanpa ragu, pria Badui itu menjawab, “Tidak ada. Hanya saja, aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
Nabi SAW lalu bersabda, “Sungguh, engkau akan bersama dengan yang kaucintai.”
Demi mendengar kalimat itu, para sahabat Nabi tersenyum gembira. Anas mengenang momen ini dan berkata, “Tidaklah kami gembira dengan sesuatu seperti gembiranya kami mendengar sabda beliau, ‘Kamu bersama orang yang kamu cintai.'"
Saat membahas hadis ini, al-Habib Isa bin Muhammad al-Habsyi bertanya kepada al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad. "Apakah hadis tersebut mengandung arti yang mutlak, sampai bagi seorang yang tidak mengikuti perjalanan orang-orang yang dicintainya?"
Seperti dinukil dari kitab An-Nafaais al-Uluwiyyah fi al-Masaail ash-Shuufiyah, al-Habib al-Haddad menjawab, "Hadis di atas mengandung arti anjuran dan ancaman. Seseorang akan dikumpulkan dengan orang-orang yang ia cintai, baik yang dicintainya itu tergolong orang-orang baik maupun tergolong orang-orang yang tidak baik."
"Maka bagaimanakah kalau seseorang yang selama hidupnya hanya mencintai dunia, tentunya ia akan dikumpulkan bersamanya."
"Ketahuilah bahwa kebersamaan dengan seseorang yang dicintainya adalah karena ia mencintainya. Tetapi kebersamaannya dengan orang-orang yang dicintainya tidak akan terwujud, kalau tindak-tanduk dan tutur katanya tidak cocok dengan tindak-tanduk dan tutur kata orang-orang yang dicintainya."
"Pengakuan cinta tidak dapat dibuktikan, kecuali dengan bukti yang konkret, yaitu adanya kecocokan kehendak dan tindak-tanduk antara yang mengaku cinta dengan yang dicintainya. Secara akal, jika seseorang mengaku cinta kepada orang lain, tetapi kehendaknya dan tindak-tanduknya bertentangan dengan orang yang dicintainya, mana mungkin cintanya bisa murni?"
"Persyaratan untuk mendapatkan kebersamaan dengan orang-orang yang dicintainya tidak mengharuskan kehendak dan tindak-tanduk orang yang mencintainya cocok secara seratus persen dengan kehendak dan tindak-tanduk orang yang dicintainya, sebab hal itu tidak mungkin akan terjadi."
"Meskipun demikian, untuk mendapatkan kebersamaan dengan orang-orang yang dicintainya, seseorang harus menyamakan kehendaknya dan tindak-tanduknya dengan mereka. Tanpa itu, tidak mungkin bisa terjadi."

2 hours ago
4














































