Personel Media Center Haji (MCH) Daker Makkah mengambil gambar instalasi gawat darurat (IGD) di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Arab Saudi, Kamis (8/5/2025). KKHI yang berada di Makkah dan Madinah merupakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi jamaah haji Indonesia yang membutuhkan pelayanan rawat jalan, rawat inap, darurat, unit perawatan intensif, rujukan, pemeriksaan penunjang, pelayanan sanitasi, pelayanan gizi, serta layanan safari wukuf, tanazul dan evakuasi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani meminta adanya integrasi data antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, dan BPJS Kesehatan untuk memperkuat sistem layanan kesehatan jamaah haji, khususnya bagi kelompok lanjut usia (lansia) dan risiko tinggi (risti).
"Dengan integrasi data yang baik, pemerintah dapat memastikan bahwa jamaah berangkat dalam kondisi kesehatan terbaik dan memiliki catatan medis yang lengkap dan dapat diakses oleh petugas di berbagai lini," kata Netty dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Hal itu disampaikannya dalam pertemuan kerja Komisi IX DPR RI dengan Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Barat (Sumbar) dan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sumbar di Asrama Haji Embarkasi Padang (8/5).
Dia menekankan pentingnya peran BPJS Kesehatan dalam mendukung kesiapan haji dari sisi data dan layanan. Untuk itu, dia mempertanyakan sejauh mana integrasi data BPJS Kesehatan dengan sistem layanan kesehatan haji yang ada saat ini.
“Jamaah yang berangkat haji kan pasti sudah terdata dalam sistem layanan kesehatan nasional. Jadi apa yang sudah dilakukan BPJS untuk mendukung proses haji ini? Mulai dari tahap skrining, pemantauan kesehatan, hingga evaluasi pascahaji?,” tuturnya.
Netty juga mendorong agar ada terobosan dalam pembagian tugas secara lebih profesional antara petugas medis dan non-medis sehingga para jamaah, terutama yang lansia dan risti, dapat memperoleh layanan yang lebih optimal.
Dia mengaku prihatin dengan kondisi petugas kesehatan yang tidak hanya menjalankan tugas medis, tetapi terlibat pula dalam pekerjaan fisik non-medis.
“Petugas kesehatan kita tidak hanya melayani kebutuhan medis, tapi juga harus mendorong kursi roda, mengangkat koper, dan tugas-tugas lainnya. Ini tentu tidak ideal dan bisa mempengaruhi kualitas layanan kesehatan kepada jamaah,” ujarnya.
sumber : Antara