REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi pendidikan dasar Galih Sulystianingra mengajak orang tua untuk lebih memerhatikan stimulus-stimulus kecerdasan sosial emosional anak. Menurut dia, jenis itu kecerdasan penting ditanamkan sejak dini. Sebab, itulah fondasi anak dalam memahami, mengekspresikan, dan mengelola berbagai emosi yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut, Galih menyarankan beberapa cara untuk mengasah kecerdasan sosial emosional anak. Berikut ini penjelasannya!
Pahami semua jenis emosi
Langkah pertama dalam meningkatkan kecerdasan sosial emosional anak adalah memahami bahwa semua emosi itu valid. Galih mengingatkan orang tua agar tidak mengotak-ngotakkan emosi menjadi emosi positif dan negatif.
"Menurut aku kita sebagai orang tua udah enggak bisa lagi melihat emosi sebagai positif dan negatif. Kita jangan cuma ingin anak merasa senang dan bahagia. Anak juga perlu merasakan kecewa, sedih, dan marah, karena itu semua juga bagian dari kehidupan," kata Galih dalam acara bincang-bincang Jakarta Mother's Day 2025 yang digelar Republika melalui Ameera Network di SCBD Weekland, Jakarta, Ahad (21/12/2025).
la mencontohkan situasi ketika anak mengalami konflik dengan teman di sekolah atau merasa dijauhi. Dalam kondisi seperti ini, orang tua cenderung ingin langsung melindungi anak dari rasa sakit. Namun, justru dengan memberi ruang bagi anak untuk merasakan emosi tersebut, kecerdasan sosial emosionalnya dapat berkembang.
Bantu anak identifikasi emosi
Setelah anak mengalami emosi tertentu, orang tua perlu membantu anak mengidentifikasi dan menamai emosi tersebut. Selain itu, orang tua juga dapat membantu anak mengenali reaksi tubuh saat emosi muncul. Contohnya, ketika marah, jantung berdebar, tangan mengepal, atau kaki ingin menendang.
"Dengan mengenali tanda-tanda fisik ini, anak jadi lebih sadar bahwa yang ia rasakan adalah emosi tertentu, bukan sekadar perilaku buruk," kata Galih.
Ajarkan cara meregulasi emosi
Setelah anak mampu mengenali dan menamai emosinya, langkah berikutnya adalah meregulasi emosi, Salah satu cara paling sederhana dan efektif adalah melalui teknik pernapasan.
Untuk anak-anak, Galih memperkenalkan teknik "tiup lilin", Anak diajak membayangkan lima jari sebagai lima lilin yang menyala. "Terus kita ajak anak menarik napas perlahan, lalu menghembuskannya sambil memadamkan satu per satu lilin imajiner tersebut hingga lima kali. Cara ini efektif banget dan mudah dipahami anak," kata Galih.
Orang tua perlu tenangkan diri
Galih mengingatkan bahwa orang tua perlu menenangkan diri sebelum merespons, terutama dalam ketika anak membuat kesalahan atau terjadi konflik. Dengan menenangkan diri, orang tua bisa memberikan contoh yang lebih baik dalam mengelola perasaan dan menyelesaikan masalah.
Hal ini penting karena anak-anak akan meniru cara orang tua menghadapi dan mengelola emosi, sehingga keteladanan orang tua sangat mempengaruhi kecerdasan sosial emosional anak.

3 hours ago
6














































