Sorong Selatan Simpan Potensi Ekowisata Berkelanjutan

5 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sorong Selatan, Papua Barat Daya, menyimpan potensi besar untuk pengembangan ekowisata berbasis kelestarian alam dan kearifan lokal. Kajian terbaru Konservasi Indonesia mengungkapkan kekayaan hayati dan budaya di wilayah ini dapat menjadi daya tarik utama wisata berkelanjutan.

Hanya di sekitar Kampung Klaogin saja, tercatat terdapat 41 spesies pohon, 28 jenis burung, 10 reptil, 9 genus mamalia, dan 13 genus ikan. Selain itu, ditemukan 14 jenis tanaman obat dan setidaknya 16 atraksi budaya yang dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata.

“Sorong Selatan memiliki 32 jenis ekosistem alami, termasuk hutan gambut tropis yang esensial untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” kata Manajer Program Sorong Selatan Konservasi Indonesia, Muhamad Varih Sovy, akhir pekan lalu.

Ia menambahkan, kawasan ini juga penting karena menyediakan jasa ekosistem bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari praktik hutan dan agroforestri berbasis ekologi.

Dalam kajiannya, Konservasi Indonesia mencatat 416 jenis tumbuhan dan 372 jenis vertebrata yang mendiami wilayah ini. Di antaranya 58 mamalia, 280 burung, 36 reptil, dan 14 amfibia  yang menjadikan Sorong Selatan sebagai salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati terkaya di Papua Barat Daya.

Namun, menurut Varih, jalan menuju ekowisata berkelanjutan masih panjang. “Selain regulasi yang berpihak pada kelestarian dan kesejahteraan masyarakat, tantangan lain seperti sarana prasarana, aksesibilitas, hingga pengembangan SDM harus segera diatasi,” ujarnya.

Sebagai langkah awal, masyarakat adat dari tiga kampung, yaitu Bariat, Nakna, dan Klaogin, mengikuti Pelatihan Ekowisata Berkelanjutan yang digelar 14–17 Mei 2025. Pelatihan ini sekaligus menjadi uji coba wisata di Kampung Klaogin serta momen pengukuhan tiga Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Dispora) Sorong Selatan.

“Sorong Selatan dikaruniai keindahan alam luar biasa, dari hutan tropis, kekayaan hayati hingga budaya yang hidup. Ini adalah aset wisata alam yang tak ternilai,” kata Kepala Dispora Sorong Selatan, Daud Azer Fatary.

Para peserta pelatihan berasal dari tujuh sub-suku adat yang kini sedang memperjuangkan pengakuan wilayah hutan adat melalui skema Perhutanan Sosial. Ketua Pokdarwis Kampung Bariat, Yance Konjol, mengatakan pengembangan ekowisata juga menjadi upaya pelestarian satwa endemik seperti cenderawasih, kanguru pohon (lau-lau), kakatua putih jambul kuning, dan nuri kepala hitam.

“Pelatihan ini menunjang hak-hak adat dan melindungi satwa serta masa depan anak-anak kami. Kami siap membangun pariwisata berkelanjutan,” ujar Yance.

Kajian Konservasi Indonesia bersama BBKSDA Papua Barat pada 2023 mencatat dari total luas wilayah Sorong Selatan yang mencapai 654.900 hektare, sebanyak 497.522 hektare diklasifikasikan sebagai ekosistem alami bernilai tinggi.

Read Entire Article
Politics | | | |