Sineas Dunia Merapat! Palestina Buka 'Dompet' Buat Bikin Film

5 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Palestine Film Institute (PFI) resmi meluncurkan Palestine Film Fund (PFF), sebuah dana hibah yang ditujukan untuk mendukung pembuat film terkait Palestina di seluruh dunia daam menciptakan narasi autentik. Peluncuran dana ini diumumkan di Festival Film Cannes 2025, bertepatan dengan keikutsertaan film Once Upon A Time In Gaza karya Tarzan Nasser dan Arab Nasser yang ditayangkan perdana di Un Certain Regard.

Lembaga ini akan memberikan sebesar 5 ribu hingga 15 ribu euro (sekitar Rp93 juta hingga Rp280 juta) untuk proyek film pendek dan film layar lebar, baik dalam tahap pengembangan maupun produksi. Seluruh pembuat film Palestina, terlepas dari kewarganegaraan dan lokasi tempat tinggal, berhak mendaftar. Namun, prioritas diberikan kepada sineas yang tinggal di Palestina, negara berpendapatan rendah, atau wilayah yang mengalami diskriminasi terhadap suara-suara Palestina.

“Selama lebih dari satu abad, warga Palestina telah menciptakan narasi yang kuat lewat film, gambar, dan suara. Namun, terlalu sering narasi-narasi ini dibungkam, dihapus, atau digunakan untuk melawan kami,” kata Anggota Dewan Eksekutif PFI Reem Shadid seperti dilansir laman Deadline, Senin (19/5/2025).

PFI menyatakan tujuan utama dari dana hibah ini adalah memberikan otonomi kepada pembuat film Palestina, memperluas jangkauan film Palestina ke audiens global, serta membangun arsip audio visual yang mencerminkan pengalaman dari sudut pandang internal. Dana hibah ini juga menjadi bagian dari kerangka kerja jangka panjang PFI sejak didirikan pada 2019.

Dana ini didukung oleh tiga mitra utama yaitu IDFA Bertha Fund (IBF) yang berpusat di Amsterdam, International Media Support (IMS) yang berpusat di Kopenhagen, dan Arab Fund for Arts and Culture (AFAC) yang berpusat di Beirut, dengan dukungan tambahan dari International Resource for Impact and Storytelling (IRIS). Direktur Dokumenter IMS, Rasmus Steen, mengatakan bahwa upaya mendokumentasikan Palestina melalui film dapat berkontribusi pada pencatatan sejarah di masa depan.

“Membuat film dokumenter berarti berkontribusi pada catatan sejarah. Semoga suatu hari nanti kita bisa belajar darinya dan memperbaiki masa depan,” kata dia.

Direktur Eksekutif AFAC Rima Mismar menyebut dana hibah ini sebagai langkah signifikan di tengah upaya pembungkaman suara Palestina. “Ini adalah bentuk dukungan nyata agar kisah Palestina tetap hidup melalui medium film,” kata dia.

AFAC yang berpusat di Beirut adalah salah satu dana film pan-Arab terbesar di dunia dan telah mendukung lebih dari 2.000 proyek sejak didirikan pada 2007. Penerima hibah Palestina baru-baru ini termasuk "Bye Bye Tiberias" karya Lina Soualem.

Kemudian, IDFA Bertha Fund sejak 1998 telah mendukung berbagai dokumenter Palestina termasuk No Other Land, Ambulance, dan 5 Broken Cameras. Direktur Eksekutif IDFA Bertha Fund, Selin Murat, menilai peluncuran dana hibah ini hadir di saat yang tepat.

"Dukungan terhadap suara-suara yang otonom, kritis, dan artistik dari para sineas Palestina di seluruh dunia sangat dibutuhkan. Kami percaya pendanaan ini akan mampu menghubungkan cerita tentang Palestina ke masyarakat global," kata dia.

Read Entire Article
Politics | | | |