Oleh: Prof. Dr. Nur Hadi Ihsan, Guru Besar Tasawuf Universitas Darussalam Gontor
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di Gontor, keikhlasan bukan sekadar konsep etis yang didefinisikan, apalagi slogan spiritual yang dideklarasikan dengan lantang. Ia adalah suasana. Ia hadir sebagai udara yang dihirup tanpa disadari, sebagai irama yang mengatur langkah tanpa aba-aba. Keikhlasan tidak berdiri sebagai mata pelajaran, tetapi menjelma sebagai jiwa pertama yang menghidupi seluruh denyut pendidikan Pondok.
Ia memang ditulis, disampaikan, dan diulang—di papan, di forum, dan di pekan perkenalan. Namun keikhlasan tidak berhenti pada kata. Ia bergerak ke wilayah yang lebih dalam, ke ruang laku. Ia menjelma keteladanan yang sunyi, kebijakan yang tidak riuh, dan cara pandang yang jernih terhadap manusia, amanah, dan harta. Di sini, keikhlasan bukan sekadar diajarkan, tetapi dijalani dengan konsekuensi; bukan hanya disampaikan, tetapi ditanggung dengan kesetiaan.
Ikhlas yang Mendahului Rasa
Wejangan Pak Zar:“Ikhlas harus dikerjakan. Tidak ikhlas harus dikerjakan. Ya, ikhlaskan saja,” terdengar sederhana, namun sesungguhnya mengguncang cara berpikir. Keikhlasan tidak diletakkan sebagai syarat ideal sebelum bekerja, tetapi sebagai buah yang lahir dari kerja itu sendiri. Amal tidak menunggu kesiapan batin; justru batin sering menemukan kematangannya setelah amal dijalani dengan tekun.
Dalam pandangan ini, keikhlasan bukan romantika perasaan, melainkan disiplin jiwa. Ia ditempa dalam kewajiban yang berulang, dalam tugas yang kadang melelahkan, dan dalam kerja yang tidak selalu menyenangkan. Rasa ikhlas tidak ditunggu, tetapi dilatih—hingga akhirnya tumbuh dengan sendirinya.
Jejaring Ikhlas yang Menghidupi
Keikhlasan di Gontor tidak dibebankan sebagai beban individual yang sunyi, melainkan dihidupkan sebagai jejaring tanggung jawab yang saling menguatkan. "Santri ikhlas belajar, orang tua ikhlas memondokkan anak, guru dan Kiai ikhlas mengajar dan mendidik." Relasi ini bukan slogan normatif, melainkan ekosistem hidup yang bekerja tanpa banyak suara.
Keikhlasan berpindah dari satu peran ke peran lain, membentuk kepercayaan, menumbuhkan ketahanan, dan menjaga keberlangsungan. Di sinilah keikhlasan tidak berdiri sendiri sebagai kebajikan personal, tetapi menjadi kekuatan sosial yang menopang seluruh bangunan pendidikan.

4 hours ago
6













































