REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Gagasan penempatan siswa pelanggar disiplin ke barak militer untuk pembinaan karakter mulai menuai respons dari sejumlah pihak sekolah di Jakarta. Langkah ini dinilai sebagai bentuk terobosan pendidikan yang tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga pembinaan mental dan kedisiplinan.
Wakil Bidang Kesiswaan SMAN 47 Jakarta, Suhendi menyampaikan bahwa pendidikan di barak militer tetap memiliki nilai-nilai edukatif. “Itu bagian dari pendidikan. Bukan berarti anak-anak di sana tidak belajar. Justru mereka mendapatkan tambahan berupa pembinaan karakter, manajemen waktu, dan kedisiplinan,” katanya, Kamis (8/5/2025).
Menurutnya, anak-anak yang terlibat dalam tawuran atau perilaku menyimpang lainnya seperti mabuk dan bolos sekolah, pada dasarnya memiliki energi berlebih yang perlu disalurkan secara positif. “Barak militer dapat menjadi tempat yang pas untuk membina jiwa, karakter, dan ketaatan mereka,” lanjutnya.
Dukungan serupa juga diungkapkan oleh Wakil Bidang Kesiswaan SMAN 106 Jakarta Dedi Supriadi, menyampaikan bahwa dirinya mengikuti perkembangan gagasan ini di media sosial Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi itu. Ia juga melihat keterlibatan dinas pendidikan serta guru dalam proses pembinaan di barak. “Hak-hak siswa untuk belajar tetap dijamin. Modelnya saja yang berbeda,” ujarnya.
Menurut Dedi, langkah ini bisa menjadi jawaban atas kekosongan kebijakan dalam menangani anak-anak yang terlibat tawuran dan kenakalan remaja. “Selama ini kita hanya berdialog dan berteori, tapi kasus-kasus tawuran terus terjadi. Kalau ada ide baru yang bisa mengubah mental dan karakter anak, kenapa tidak?” tegasnya.
Di sisi lain, Ketua OSIS SMA 47 Jakarta, Felda Alicia Fauzan, menyampaikan pandangan serupa. Menurutnya, siswa yang terjerumus pada tawuran memang cocok untuk dibina di barak militer. “Tapi untuk kasus seperti narkoba, sebaiknya melalui rehabilitasi dulu. Setelah itu baru masuk ke tahap pembinaan karakter di barak,” katanya.
Felda juga menyarankan agar pelatihan dasar kepemimpinan (LDK) bisa digabungkan dengan kegiatan di barak militer, agar pembinaan mental dan kepemimpinan lebih terasa.
Dari sisi siswa, sejumlah pelajar dari SMAN 60 Jakarta menilai bahwa barak militer bisa menjadi solusi agar siswa lebih disiplin dan taat aturan. “Supaya ga tawuran lagi. Bisa belajar, dibina langsung sama TNI,” ujar Bagas, siswa kelas 11.
Sementara Latifah kelas 10 menilai pendekatan keras seperti di barak militer bisa sesuai dengan kepribadian siswa yang perlu pendisiplinan ekstra. “Mungkin itu yang mereka butuhkan supaya bisa berubah,” katanya.
Mengenai kekhawatiran orang tua, baik guru maupun siswa sepakat bahwa pola pembinaan yang dilakukan tetap berada dalam koridor pendidikan. “Kalau orang tua ingin menjenguk, mungkin bisa diberikan waktu, tapi jangan terlalu sering agar mereka belajar mandiri,” ujar seorang siswa.
Secara umum, sekolah-sekolah seperti SMAN 47, SMAN 106, dan SMAN 60 menyatakan kesiapannya untuk mendukung program ini. Bahkan apabila program tersebut dijadikan skala nasional dan sekolah mereka dijadikan proyek percontohan oleh pemerintah.