Baca Buku, Mengasah Ketajaman Berpikir

8 hours ago 6

Image Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I

Pendidikan dan Literasi | 2025-05-16 18:46:31

Oleh: Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I*

Dari seringnya kita membaca buku, maka banyak nilai manfaatnya yang bisa kita ambil nantinya. Bahkan dalam peribahasa dinyatakan "baca buku sama artinya membuka jendela dunia."

Terkait dengan hal itu juga, banyak hasil penelitian mengatakan bahwa baca buku itu bagian dari bentuk dialog batin yang dalam antara pikiran kita dan pemikiran orang lain yang dituangkan dalam bentuk teks yang sudah tersusun dengan rapinya.

Hal ini yang membedakan membaca dengan yang lain, tidak seperti hiburan visual (tontonan) yang bersifat pasif dan instan. Sedangkan membaca menuntut keterlibatan aktif mulai dari imajinasi, pemahaman, penalaran, sepakat dalam suatu hal atau bahkan malah penolakan dan seterusnya.

Oleh sebab Itulah mengapa Supelli dalam hal ini menekankan bahwa ketajaman berpikir kita hanya bisa diasah melalui aktivitas seperti membaca, karena hanya di sanalah otak benar-benar diajak bekerja keras dan berdiskusi secara benar.

Mengapa demikian? Sebab yang namanya TikTok maupun film, dan media hiburan lainnya memang bisa memberi informasi atau inspirasi. Akan tetapi sifatnya lebih konsumtif daripada reflektif dalam upayanya menciptakan nilai kesadaran diri.

Sebab ia sebatas memberi gambar jadi, ia tidak bisa mendorong kita untuk merajut makna sendiri nantinya.

Sebab otak yang terbiasa menonton tanpa merenung perlahan kehilangan kepekaan untuk membedakan ide yang dalam dan yang dangkal, karena tak terbiasa menyaring dengan baik.

Dengan hadirnya dunia yang serba cepat dan instan ini, membaca buku menjadi bentuk perlawanan yang sunyi, hampa tapi akan menjadi suatu kekuatan kita. Sebab dengan baca banyak nilai manfaatnya yang bisa kita ambil untuk memaknai ruang kehidupan.

Dengan membiasakan membaca sama artinya kita memelihara kemampuan otak kita untuk berpikir lebih jernih, membangun argumen yang tersruktur, dan mengenali nuansa tantangan maupun peluang zaman. Dan, inilah yang menjadikan setiap pribadi kita mampu untuk berpikir lebih merdeka bukan sekadar mengikuti arus yang tidak jelas dan tidak berujung.

Semoga Bermanfaat.....

*Ketua Program Studi dan Dosen PAI-BSI (Pendidikan Agama Islam-Berbasis Studi Interdisipliner) IAI Al-Khoziny Sidoarjo; Dosen PAI-Terapan Poltek Pelayaran Surabaya; Pengurus Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama PCNU Sidoarjo; Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama MWCNU Krembung.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |