Bendera Israel berkibar di samping api yang berkobar di kawasan dekat perbatasan dengan Lebanon, Israel utara di Safed, Rabu, 12 Juni 2024.
REPUBLIKA.CO.ID,LJUBLJANA -- Pemerintah Slovenia resmi melarang dua menteri sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, memasuki negara mereka. Slovenia menyatakan, ia merupakan negara Uni Eropa pertama yang mengambil langkah tersebut.
Dalam keterangan resminya pada Kamis (17/7/2025), Pemerintah Slovenia mengatakan akan menyatakan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir dan Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich sebagai persona non grata. Keduanya dinilai berperan dalam menghasut kekerasan ekstrem dan pelanggaran serius hak asasi manusia warga Palestina dengan "pernyataan genosida mereka".
"Ini adalah langkah pertama semacam ini di Uni Eropa," ujar Menteri Luar Negeri Slovenia, Tanja Fajon, mengenai pelarangan Ben Gvir dan Smotrich memasuki negaranya, dikutip laman Al Arabiya.
Bulan lalu, Australia, Kanada, Inggris, Selandia Baru, dan Norwegia telah terlebih dulu melarang Ben-Gvir serta Smotrich mengunjungi negara mereka. Selain itu, kelima tersebut juga membekukan aset keduanya.
Pada Mei lalu, Slovenia termasuk di antara enam negara Eropa yang menolak setiap perubahan demografis atau teritorial di Jalur Gaza. Penolakan itu disampaikan setelah Israel mengumumkan rencana untuk memperluas serangan militernya di wilayah Palestina.
Pada 21 Mei 2025, Presiden Slovenia Natasa Pirc Musar, dalam pidatonya di Parlemen Eropa, mendesak Uni Eropa mengambil tindakan lebih tegas terhadap Israel. Dia pun menyerukan perhimpunan Benua Biru mengutuk genosida di Gaza.
Tahun lalu, Slovenia telah resmi mengakui kemerdekaan Palestina. Sebelumnya, Irlandia, Norwegia, dan Spanyol telah terlebih dulu memberikan pengakuan serupa. Langkah mereka tersebut didorong agresi brutal Israel ke Gaza. Saat ini sudah terdapat 150 negara yang mengakui kemerdekaan Palestina.