Sejarah Qunut Nazilah, Duka Rasulullah Diterpa Kabar Pembantaian 70 Hafiz

4 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW kerap menerima ujian dalam menyebarkan dakwah Islam kepada umat manusia. Di antaranya adalah pengkhianatan yang menyebabkan musnahnya nyawa para sahabat mulia yang hafal Alquran.

Insiden itu disebut sebagai tragedi Bir Ma'una. Sebanyak 70 orang sahabat Nabi dibunuh oleh para pengkhianat. Karena hafal Alquran, mereka itu digelari sebagai Jama'ah Qurra'. Sebagian besar dari kelompok ini berasal dari kaum Anshar.

Nabi SAW sangat menyayangi mereka. Para sahabat ini senantiasa menghabiskan malam hari dengan berzikir dan membaca Alquran di Masjid Nabawi. Pada siang hari, banyak di antaranya yang menghadiri majelis Rasulullah SAW.

Bagaimana insiden nahas itu, yang akhirnya menjadi latar qunut nazilah, bermula?

Mula-mula, seorang laki-laki yang bernama Amir bin Malik datang ke Madinah. Ia berasal dari Bani Amir, sebuah kabilah di Nejed.

Amir bin Malik meminta kepada Rasulullah SAW agar beliau bersedia mengirimkan Jama'ah Qurra' itu kepada kabilahnya. Mereka diminta untuk mengajarkan Islam dan Alquran kepada kaumnya, Bani Amir.

Awalnya, Rasulullah SAW merasa ada yang tidak beres. Beliau khawatir bila nantinya akan terjadi sesuatu yang buruk atas para sahabatnya tersebut.

Namun, Amir bin Malik terus membujuk Nabi Muhammad SAW. Dia bahkan memberikan jaminan keselamatan atas diri seluruh Jama'ah Qurra'. Akhirnya, Rasulullah SAW mengizinkan.

Beliau mengirimkan seluruh 70 orang sahabatnya yang hafiz Alquran itu kepada kabilah Bani Amir. Tidak hanya itu, Rasul SAW juga menitipkan sepucuk surat. Isinya, ajakan kepada seluruh masyarakat Bani Amir agar memeluk Islam.

Maka berjalanlah mereka. Tatkala hampir sampai di perkampungan Bani Amir, para sahabat yang hafiz Alquran ini pun berkemah di sebuah tempat yang bernama Bir Ma'una.

Salah seorang sahabat yang bernama Haram pergi ke perkampungan Bani Amir. Tujuannya, menemui pimpinan kabilah ini, yaitu Amir bin Tufail, dan sekaligus menyampaikan surat Rasulullah SAW kepadanya.

Namun, Amir bin Tufail ternyata amat membenci Islam. Inilah yang tidak disampaikan oleh Amir bin Malik kepada Rasulullah SAW di Madinah.

Begitu melihat kedatangan Haram, Amir bin Tufail menampik surat dari Nabi SAW itu. Sikapnya amat kasar bahkan sebelum ia membaca pesan dakwah tersebut.

Tanpa banyak cakap, keponakan Amir bin Malik itu langsung menombak tubuh Haram sehingga sang sahabat Nabi terkapar. Menjelang ajalnya, hafiz Alquran itu masih sempat berseru: "Demi Tuhannya Ka'bah, aku telah mencapai kejayaan!"

Amir bin Tufail tidak peduli akan jaminan yang telah diberikan Amir bin Malik atas segenap Jama'ah Qurra'. Tidak peduli pula pada adat orang-orang Arab bahwa tidak boleh membunuh utusan pembawa surat.

Setelah itu, Amir bin Tufail mengajak kaumnya agar membantai seluruh sahabat Nabi yang masih berkemah di Bir Ma'una. Awalnya, para bawahannya ragu-ragu karena adanya jaminan yang telah diucapkan Amir bin Malik kepada Rasulullah SAW mengenai mereka.

Read Entire Article
Politics | | | |