Rentenir dan Gerakan Anti Riba: Sebuah Kritik terhadap Janji Tanpa Solusi

2 days ago 7

Image Umar Wachid B. Sudirjo

Agama | 2025-05-12 05:47:00

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada kenyataan pahit bahwa banyak orang terperangkap dalam jerat utang. Salah satu pihak yang paling sering menjadi sorotan dalam masalah ini adalah rentenir. Rentenir menawarkan solusi cepat bagi mereka yang membutuhkan uang dalam waktu singkat, namun solusi tersebut datang dengan harga yang sangat mahal—bunga yang mencekik dan utang yang semakin menumpuk.

Dalam Islam, riba (bunga) secara tegas dilarang. Al-Qur’an menyebut riba sebagai dosa besar dan memperingatkan dengan keras:

"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kerasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila...”(QS. Al-Baqarah: 275)

“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”(QS. Al-Baqarah: 275)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu tidak melakukannya, maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu...”(QS. Al-Baqarah: 278-279)

Namun dalam situasi yang menekan, banyak orang tetap terpaksa mendatangi rentenir. Ketika mereka yang berada dalam kesulitan tidak mendapatkan bantuan, maka larangan riba semata tanpa solusi justru semakin menjebak orang ke dalam sistem yang sama—karena tidak ada alternatif yang bisa diakses dengan cepat, mudah, dan penuh empati.Padahal, Islam juga mengajarkan bahwa kita wajib saling tolong-menolong dalam kebaikan, sebagaimana firman Allah:

"...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”(QS. Al-Ma’idah: 2)

Artinya, ketika kita tahu bahwa ada seseorang yang sedang kesulitan dan terancam terjerat riba, maka kita tidak cukup hanya mengingatkan bahwa riba itu haram, tetapi juga harus hadir sebagai penolong, memberikan jalan keluar yang nyata dan manusiawi.

Rentenir Mengatasi Masalah dengan Masalah

Rentenir memang beroperasi di luar koridor keadilan dan kemanusiaan. Mereka mengatasi masalah dengan masalah. Dengan iming-iming pinjaman cepat tanpa syarat yang ketat, mereka memberikan harapan sementara bagi mereka yang terperangkap dalam kesulitan ekonomi. Namun, bunga yang tinggi dan praktik yang eksploitatif memperburuk situasi mereka yang sudah terdesak. Alih-alih keluar dari masalah, mereka malah terjerat lebih dalam.

Gerakan Anti Riba: Janji Tanpa Solusi

Di sisi lain, kita juga melihat gerakan anti riba yang seringkali menggema, baik di media sosial maupun dalam dakwah agama. Gerakan ini menyoroti bahaya riba dan menyerukan untuk menjauhinya. Namun, meskipun retorika mereka kuat dan dalil yang mereka bawa jelas, gerakan ini sering kali hanya berhenti di teori. Para penggerak anti riba dan pemuka agama seringkali lebih fokus pada mengingatkan orang tentang bahaya riba daripada mencari solusi nyata yang dapat membantu mereka yang terjerat utang.Mereka menawarkan janji moral, namun tidak selalu memberikan solusi praktis yang bisa langsung membantu mereka yang membutuhkan. Janji-janji mereka menjadi kosong jika tidak diikuti dengan tindakan nyata yang membantu meringankan beban orang-orang yang sudah terjerat.

Porsi yang Sebenarnya Lebih Besar

Meskipun rentenir menjadi pihak yang disalahkan, porsi kesalahan yang lebih besar justru ada pada mereka yang tahu akan bahaya riba namun memilih diam. Mereka yang menyadari bahaya tersebut dan seharusnya menjadi agen perubahan justru lebih memilih untuk bersembunyi di balik teori dan argumen moral tanpa tindakan nyata. Mereka berusaha menghindar dari tanggung jawab praktis dan lebih memilih untuk berbicara tanpa berbuat.Jika gerakan anti riba hanya sekedar menjadi bahan diskusi di media sosial, maka perubahan yang diharapkan tidak akan pernah terwujud. Hanya dengan aksi nyata, gerakan ini dapat memberikan manfaat nyata bagi mereka yang terjebak dalam utang riba.

Tantangan bagi Penggerak Anti Riba dan Pemuka Agama

Bagi penggerak anti riba dan pemuka agama yang tulus, gerakan ini harus lebih dari sekadar seremonial. Jika tujuan gerakan ini benar-benar untuk menolong dan menyelamatkan mereka yang terjerat utang riba, maka mereka harus bergerak secara sembunyi, tanpa sorotan media, dan menghasilkan rangkaian fakta yang nyata. Gerakan anti riba yang sejati tidak membutuhkan popularitas, namun lebih membutuhkan aksi konkret yang dapat menyelamatkan mereka yang terjebak.Kita tidak bisa hanya mengandalkan teori atau berbicara tentang larangan riba tanpa menawarkan solusi yang aplikatif bagi mereka yang benar-benar membutuhkan. Gerakan sosial yang murni harus mampu memberikan bantuan langsung, dan bukan sekadar menjadi platform untuk pencitraan diri.

Penutup: Kebenaran Tanpa Aksi Adalah Kekosongan

Pada akhirnya, kita harus menyadari bahwa perubahan nyata hanya bisa dicapai melalui tindakan nyata. Rentenir mungkin salah, tetapi porsi kesalahan yang lebih besar ada pada mereka yang tahu, namun tidak bertindak. Dalil bukanlah alat untuk menghindar dari tanggung jawab, tetapi seharusnya menjadi pijakan untuk bergerak. Gerakan anti riba dan para pemuka agama harus mampu mengubah teori menjadi tindakan yang bisa mengatasi masalah yang ada.

"Rentenir mengatasi masalah dengan masalah. Dan penggerak anti riba serta para pemuka agama menawarkan janji tanpa solusi."

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |