Lebih dari Sekadar Sisa: Mengapa Limbah Makanan Rumah Sakit Mendesak Ditangani?

6 hours ago 5

Image Finariawan Asrining Santosa

Pendidikan dan Literasi | 2025-05-12 23:20:37

Bayangkan sebuah nampan makanan rumah sakit yang disajikan kepada pasien. Selain harapan akan kesembuhan, seringkali terselip pemandangan yang tak asing: makanan yang tersisa, tidak tersentuh atau hanya dimakan sebagian. Pemandangan ini mungkin tampak sepele, sekadar urusan selera atau nafsu makan pasien yang sedang menurun.

Namun, di balik sisa makanan tersebut, tersembunyi sebuah masalah berskala besar dengan dampak yang serius dan mendesak untuk ditangani. Secara global, rumah sakit ternyata menghasilkan limbah makanan dalam jumlah yang mengejutkan, bahkan bisa dua hingga tiga kali lipat lebih besar dibandingkan sektor pelayanan makanan lainnya. Fenomena ini bukan hanya terjadi di negara lain, rumah sakit di Indonesia pun menghadapi tantangan serupa.

Untuk memahami urgensinya, penting untuk mengklarifikasi apa yang dimaksud dengan "sisa makanan rumah sakit". Ini bukan hanya makanan yang tertinggal di piring pasien setelah selesai makan (plate waste), tetapi mencakup spektrum yang lebih luas. Menurut Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS), sisa makanan pasien adalah persentase makanan yang tidak habis dikonsumsi dari satu atau lebih waktu makan.

Definisi ini juga mencakup makanan yang hilang selama proses persiapan, makanan yang tercecer, atau makanan yang sudah disiapkan namun tidak pernah sampai ke pasien karena berbagai alasan. Standar yang sering dijadikan acuan keberhasilan pelayanan gizi di rumah sakit Indonesia adalah jika sisa makanan pasien tidak melebihi 20% dari total makanan yang disajikan.

Secara global, diperkirakan sepertiga dari seluruh makanan yang diproduksi terbuang sia-sia. Kontribusi rumah sakit terhadap angka ini tidak bisa diabaikan. Studi menunjukkan median sisa makanan di rumah sakit mencapai 30%, dengan rentang yang bervariasi antara 6% hingga 65%. Di Amerika Serikat, rumah sakit diperkirakan menghasilkan sekitar 288.401 ton limbah makanan setiap tahunnya. Sebuah studi di Lebanon bahkan menemukan rata-rata sisa makanan di piring pasien mencapai 31,4% dari jumlah yang disajikan.

Di Indonesia, berbagai penelitian di rumah sakit menunjukkan gambaran yang serupa. Studi di Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari Surabaya, misalnya, menemukan rata-rata sisa makanan pokok mencapai 28% dan sayur 26%, keduanya melampaui standar 20%. Penelitian lain di RS X Jakarta menemukan sisa sayuran mencapai 24,9%, meskipun rata-rata keseluruhan masih di bawah standar.

Di RSU Anutapura Palu, 58% responden meninggalkan lebih dari 20% sisa makanan, terutama sayuran. Sementara itu, studi di RSUD Budhi Asih Jakarta Timur mencatat angka sisa makanan lunak sebesar 31,9% 14, dan di RSUD Dr. R Koesma Tuban, rata-rata sisa makanan juga ditemukan di atas 20%. Meskipun beberapa rumah sakit berhasil memenuhi target di bawah 20%, banyak bukti menunjukkan bahwa sisa makanan masih menjadi tantangan besar dan meluas di sistem pelayanan kesehatan Indonesia.

Masalah ini seringkali bersifat "tak kasat mata". Apa yang terlihat oleh pasien dan keluarga hanyalah sisa di piring, yang mudah dianggap sebagai masalah preferensi individu. Namun, kenyataannya jauh lebih kompleks. Limbah juga terjadi di dapur, dalam penyimpanan, dan selama distribusi, jauh sebelum makanan mencapai nampan pasien.

Lebih penting lagi, dampak sistemik dari limbah ini – terhadap lingkungan, anggaran rumah sakit, dan bahkan ironisnya, terhadap kesehatan pasien itu sendiri – seringkali tidak terlihat secara langsung. Keberadaan standar ≤20% pun, meskipun bertujuan baik, bisa secara tidak sengaja menciptakan rasa puas diri jika target tercapai, padahal volume absolut makanan yang terbuang mungkin masih sangat besar. Hal ini mengaburkan urgensi untuk terus berupaya menekan angka limbah serendah mungkin.

Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa tingkat sisa makanan sangat bervariasi antar rumah sakit, jenis pasien, dan terutama jenis makanan. Sayuran, misalnya, seringkali menjadi komponen makanan yang paling banyak tersisa di rumah sakit Indonesia. Jika sebuah rumah sakit memenuhi target rata-rata 20%, namun membuang 40% sayuran yang disajikan, tentu masih ada masalah signifikan yang perlu ditangani. Oleh karena itu, pengelolaan yang efektif membutuhkan analisis yang lebih mendalam, melampaui sekadar angka rata-rata tunggal, untuk mengidentifikasi sumber limbah spesifik dan penyebabnya.

Ironisnya, institusi yang bertujuan menyembuhkan justru bisa berkontribusi pada masalah kesehatan lain akibat sisa makanan. Hubungan antara sisa makanan dan kondisi pasien sangatlah langsung: makanan yang tersisa berarti zat gizi penting tidak masuk ke dalam tubuh pasien. Padahal, pasien yang sedang sakit atau dalam masa pemulihan justru membutuhkan asupan nutrisi yang lebih tinggi dari biasanya untuk memperbaiki jaringan tubuh, melawan infeksi, dan memulihkan energi.

Ketika asupan gizi tidak adekuat akibat makanan yang tidak dihabiskan, pasien berisiko mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi. Kondisi ini dapat menghambat proses penyembuhan, melemahkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko komplikasi pasca-operasi atau infeksi nosokomial, dan pada akhirnya memperpanjang masa rawat inap. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa pasien bisa keluar dari rumah sakit dengan status gizi yang lebih buruk dibandingkan saat mereka masuk.

Pasien di unit perawatan intensif (ICU) sangat rentan; sebuah studi menemukan tingkat sisa sayuran dan salad mencapai 75%, yang berkorelasi dengan rendahnya asupan energi dan protein serta berpotensi menurunkan kekuatan otot. Penyebab pasien tidak menghabiskan makanan seringkali berkaitan langsung dengan kondisi penyakitnya.

Mual, muntah, nyeri, perubahan indra perasa dan penciuman akibat penyakit atau pengobatan, depresi, kelelahan, atau kesulitan mengunyah dan menelan adalah faktor-faktor umum yang menurunkan nafsu makan. Kondisi klinis tertentu seperti gangguan pencernaan, pemulihan pasca-operasi, atau pasien kanker yang menjalani terapi juga memperburuk situasi ini.

Hal ini menciptakan lingkaran setan yang berbahaya. Pasien sakit membutuhkan nutrisi optimal, namun penyakit atau pengobatannya justru menurunkan kemampuan atau keinginan makan. Akibatnya, pasien makan lebih sedikit dan menyisakan makanan (menghasilkan limbah). Asupan gizi yang kurang ini menyebabkan atau memperparah kondisi malnutrisi.

Malnutrisi, pada gilirannya, semakin menekan nafsu makan, memperlambat penyembuhan, dan melemahkan kondisi pasien secara keseluruhan. Pasien menjadi semakin tidak mampu makan, menghasilkan lebih banyak sisa makanan, dan menghadapi risiko hasil perawatan yang lebih buruk serta masa rawat yang lebih lama. Dalam siklus ini, sisa makanan bukan hanya gejala, tetapi secara aktif berkontribusi pada memburuknya kesehatan pasien, yang bertentangan langsung dengan misi utama rumah sakit.

Dampak sisa makanan rumah sakit melampaui dinding bangsal perawatan dan membebani lingkungan secara signifikan. Ketika sisa makanan organik dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), proses pembusukan tanpa oksigen (anaerobik) menghasilkan gas metana (CH4 ), sebuah gas rumah kaca yang daya pemanasannya jauh lebih kuat daripada karbon dioksida (CO2 ) dalam jangka pendek. Secara global, limbah makanan diperkirakan menyumbang 8-10% dari total emisi gas rumah kaca. Jika limbah makanan dianggap sebagai sebuah negara, ia akan menjadi penghasil emisi terbesar ketiga di dunia setelah Tiongkok dan Amerika Serikat.

Selain merugikan pasien dan lingkungan, sisa makanan juga menguras kantong rumah sakit secara signifikan. Biaya langsung yang paling nyata adalah uang yang dikeluarkan untuk membeli bahan makanan, membayar tenaga kerja untuk mengolahnya, dan menggunakan energi untuk memasak dan menyimpan makanan yang akhirnya dibuang.

Studi di Indonesia memberikan gambaran kerugian ini: penelitian di RSJ Madani Palu menghitung biaya harian sisa makanan, sementara di RSUP Sanglah Denpasar diperkirakan biaya terbuang mencapai Rp 2.939 per pasien per hari. Studi lain menunjukkan variasi biaya terbuang yang signifikan, mulai dari ribuan hingga ratusan ribu rupiah per hari, tergantung pada konteks rumah sakit dan jenis makanan yang paling banyak tersisa. Secara global, kerugian ekonomi akibat limbah makanan mencapai angka miliaran dolar.

Rumah sakit juga harus membayar mahal untuk mengangkut dan membuang sampah, termasuk sisa makanan. Di Amerika Serikat, biaya pembuangan sampah bisa mencapai $0,06 hingga $0,10 per pon. Untuk rumah sakit komunitas berkapasitas 200 tempat tidur yang menghasilkan 65 ton sisa makanan per tahun, ini bisa berarti biaya pembuangan sekitar $7.800 (lebih dari 100 juta rupiah) hanya untuk sisa makanan. Mengurangi volume sisa makanan secara langsung berarti menghemat biaya pembuangan ini.

Tingginya angka sisa makanan merupakan indikator inefisiensi dalam seluruh rantai operasional pelayanan gizi rumah sakit, mulai dari pengadaan bahan, perencanaan menu, proses produksi, hingga sistem penyajian. Data dari penyedia solusi manajemen limbah makanan seperti Leanpath menunjukkan bahwa sekitar 65% sisa makanan di sektor kesehatan berasal dari kelebihan produksi (overproduction).

Dengan mengurangi sisa makanan, rumah sakit dapat meningkatkan efisiensi operasional, menghemat waktu staf, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya. Penghematan biaya pembelian makanan bisa mencapai 2-6% per tahun dengan program pengurangan limbah yang efektif.

Kerugian finansial ini memiliki implikasi yang lebih dalam. Rumah sakit, terutama di Indonesia, seringkali beroperasi dengan anggaran yang terbatas, sementara biaya pelayanan makanan merupakan komponen pengeluaran yang signifikan. Setiap rupiah yang terbuang untuk makanan yang tidak dimakan dan biaya pembuangannya adalah rupiah yang tidak memberikan nilai tambah apa pun.

Dana tersebut, jika tidak terbuang, seharusnya bisa dialokasikan untuk hal-hal yang lebih krusial: membeli peralatan medis yang lebih baik, menambah jumlah perawat, meningkatkan kenyamanan pasien, atau bahkan menyajikan makanan dengan kualitas yang lebih tinggi. Dengan demikian, sisa makanan bukan hanya sekadar biaya, tetapi merupakan biaya peluang (opportunity cost) yang signifikan, yang secara langsung mengurangi kemampuan rumah sakit untuk memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan kapasitas finansialnya.

Di luar dampak kesehatan, lingkungan, dan ekonomi, persoalan sisa makanan rumah sakit juga menyentuh ranah etika dan keadilan sosial. Rumah sakit, sebagai institusi yang melayani kepentingan publik dan seringkali didanai oleh masyarakat, memiliki tanggung jawab etis untuk mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya secara bijaksana dan efisien, sebuah prinsip yang dikenal sebagai resource stewardship. Membuang makanan dalam jumlah besar secara terang-terangan melanggar prinsip ini. Ini bukan hanya pemborosan uang, tetapi juga pemborosan bahan baku, energi, dan upaya manusia yang terlibat dalam seluruh rantai pasok makanan.

Ironi menjadi semakin tajam ketika kita menyandingkan pemborosan ini dengan kenyataan bahwa ratusan juta orang di dunia, termasuk puluhan juta di Indonesia, masih menghadapi kelaparan dan kerawanan pangan. Membuang makanan layak konsumsi dalam skala besar, terutama di institusi yang didedikasikan untuk kesehatan dan kesejahteraan, menimbulkan pertanyaan etis yang mendalam.

Diperkirakan bahwa pengurangan limbah makanan sebesar 15% saja di AS dapat menyediakan cukup makanan untuk 25 juta orang. Di Indonesia, jumlah makanan yang terbuang setiap tahunnya diperkirakan cukup untuk memberi makan 61 hingga 125 juta orang.

Selain itu, dampak lingkungan dari pengelolaan sampah yang tidak benar, seperti penumpukan di TPA dan polusi, seringkali lebih dirasakan oleh komunitas yang rentan, menghubungkan isu limbah dengan keadilan lingkungan. Dari perspektif etika pelayanan kesehatan, menyediakan makanan yang tidak hanya bergizi tetapi juga menarik dan sesuai selera sehingga pasien mau dan mampu memakannya, dapat dianggap sebagai bagian dari kewajiban perawatan (duty of care). Tingkat sisa makanan yang tinggi mungkin mengindikasikan adanya kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini.

Pada akhirnya, pemborosan makanan yang konsisten dan terlihat di rumah sakit dapat mengikis kepercayaan publik. Rumah sakit dipandang sebagai lembaga yang bertanggung jawab dan peduli. Ketika masyarakat, pasien, atau keluarga pasien melihat makanan dibuang dalam jumlah besar, sementara mereka juga sadar akan masalah kelaparan 35 dan kerusakan lingkungan, timbul sebuah disonansi kognitif dan pertanyaan etis.

Hal ini dapat menimbulkan persepsi adanya inefisiensi, salah urus, dan kurangnya kepedulian terhadap sumber daya atau isu sosial yang lebih luas. Seiring waktu, persepsi ini dapat mengurangi keyakinan dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi rumah sakit, dan bahkan mungkin sistem kesehatan secara keseluruhan.

Menyadari dampak serius dari sisa makanan rumah sakit adalah langkah pertama. Langkah selanjutnya adalah menerapkan strategi pengelolaan yang efektif dan berkelanjutan. Pendekatan yang paling efektif mengikuti hierarki pengelolaan limbah yang diadaptasi untuk makanan: utamakan pencegahan, diikuti pengurangan, pemanfaatan kembali (seperti donasi), daur ulang (kompos, pakan ternak, energi), dan barulah pembuangan sebagai pilihan terakhir. Mencegah limbah timbul sejak awal adalah strategi yang paling berdampak.

Berikut adalah beberapa strategi kunci yang dapat diterapkan rumah sakit:

Perencanaan Menu Cerdas & Fleksibel: Menu sebaiknya tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi tetapi juga mempertimbangkan preferensi umum pasien (melalui survei kesukaan), kondisi klinis, musim, dan ketersediaan bahan baku lokal. Menawarkan pilihan menu kepada pasien (selective menus) terbukti dapat mengurangi sisa makanan karena pasien cenderung memilih apa yang mereka sukai. Modifikasi resep dan inovasi menu juga diperlukan untuk menjaga variasi dan daya tarik.

Porsi Tepat Guna: Salah satu penyebab umum sisa makanan adalah porsi yang terlalu besar bagi pasien, terutama mereka yang nafsu makannya menurun. Menawarkan pilihan ukuran porsi (misalnya, porsi kecil, sedang, besar) atau secara proaktif memberikan porsi lebih kecil dapat sangat membantu. Jika porsi dikurangi, perlu dipastikan kecukupan gizinya, misalnya melalui fortifikasi makanan.

Peningkatan Kualitas & Penyajian: Makanan rumah sakit seringkali dianggap hambar atau tidak menarik. Memperbaiki cita rasa (penggunaan bumbu yang tepat), tekstur (sesuai kondisi pasien), suhu saat penyajian (disajikan hangat), dan penampilan visual makanan di piring dapat secara signifikan meningkatkan penerimaan pasien dan mengurangi sisa makanan.

Edukasi & Keterlibatan Pasien: Pasien dan keluarga perlu diberi pemahaman tentang pentingnya asupan gizi selama perawatan. Mereka juga perlu didorong untuk aktif berkomunikasi dengan perawat atau ahli gizi mengenai makanan yang disukai, tidak disukai, atau kendala makan lainnya. Keterlibatan ini membantu personalisasi pelayanan dan mengurangi potensi makanan terbuang.

Audit & Pemantauan Rutin: Apa yang tidak diukur tidak dapat dikelola. Rumah sakit perlu secara rutin mengukur dan menganalisis sisa makanan, baik di tingkat bangsal maupun dapur. Metode sederhana seperti taksiran visual Comstock atau penimbangan langsung dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis makanan apa yang paling banyak tersisa dan di bangsal mana masalah paling signifikan. Teknologi pelacakan limbah makanan otomatis seperti Leanpath juga dapat memberikan data yang akurat dan real-time untuk pengambilan keputusan.

Pemanfaatan Sisa yang Aman: Jika pencegahan dan pengurangan tidak sepenuhnya berhasil, langkah selanjutnya adalah memanfaatkan sisa makanan secara bertanggung jawab. Donasi makanan layak konsumsi yang berlebih kepada bank makanan atau lembaga sosial bisa menjadi pilihan, namun harus dilakukan dengan protokol keamanan pangan yang sangat ketat untuk menghindari risiko kesehatan. Opsi lain adalah pengomposan untuk menghasilkan pupuk organik, pemanfaatan sebagai pakan ternak (jika jenis sisa makanan aman dan sesuai regulasi), atau teknologi inovatif seperti biokonversi menggunakan larva Black Soldier Fly (BSF) yang dapat mengurai sampah organik dengan cepat dan menghasilkan produk sampingan bernilai (pakan ternak kaya protein dan kompos).

Keberhasilan implementasi strategi-strategi ini sangat bergantung pada kolaborasi antar berbagai pihak di rumah sakit:

Manajemen Rumah Sakit: Harus menunjukkan komitmen kuat, menetapkan kebijakan yang jelas, mengalokasikan sumber daya (anggaran, staf, pelatihan), dan menyediakan fasilitas yang memadai.

Ahli Gizi/Dietisien: Berperan sentral dalam perencanaan menu yang sesuai dan disukai pasien, menetapkan standar porsi, memberikan edukasi gizi, mengawasi kualitas makanan, menganalisis data sisa makanan, dan berkoordinasi dengan tim lain.

Staf Dapur/Juru Masak: Bertanggung jawab atas persiapan makanan sesuai standar resep dan porsi, menerapkan teknik memasak yang efisien dan minim sisa, serta melakukan pemilahan sampah organik di sumbernya.

Perawat: Sebagai garda terdepan yang berinteraksi langsung dengan pasien, perawat berperan penting dalam mengkomunikasikan preferensi, masalah makan, atau perubahan kondisi pasien kepada tim gizi, memotivasi pasien untuk makan, melakukan observasi sisa makanan di bangsal, dan memastikan makanan disajikan tepat waktu.

Pasien & Keluarga: Partisipasi aktif pasien dan keluarga dalam mengkomunikasikan kebutuhan dan preferensi makanan, serta memahami pentingnya nutrisi untuk pemulihan, sangatlah berharga.

Staf Kebersihan/Sanitasi Lingkungan: Memastikan sistem pengelolaan limbah terpilah berjalan dengan benar, mulai dari bangsal hingga tempat penampungan sementara.

Penting untuk disadari bahwa solusi pengelolaan sisa makanan rumah sakit bukanlah sekadar tentang mengadopsi teknologi terbaru seperti BSF atau perangkat lunak pelacakan canggih. Meskipun teknologi ini dapat sangat membantu, keberhasilan jangka panjang terletak pada implementasi perubahan sistemik dan budaya kolaborasi yang kuat di seluruh lini rumah sakit. Tanpa komitmen dari manajemen puncak, pelatihan yang memadai bagi staf, alur kerja antar departemen yang jelas (antara gizi, dapur, perawat, sanitasi), dan perubahan pola pikir untuk memprioritaskan pencegahan limbah, teknologi secanggih apa pun tidak akan efektif. Studi kasus keberhasilan program pengurangan limbah makanan di berbagai rumah sakit seringkali menyoroti pentingnya keterlibatan aktif staf dan perubahan budaya organisasi sebagai kunci sukses. Pendekatan yang holistik dan sistemik adalah kunci utama.

Prodi Magister Administrasi Rumah Sakit Universitas Yogyakarta (MARS-UMY) melakukan studi lapangan di Rumah Sakit PKU Gamping Yogyakarta pada di penghujung bulan April 2025. Dari studi lapangan ini didapatkan usaha yang cukup signifikan dari bagian Gizi RS PKU Gamping dalam upaya mengurangi sisa makanan pasien. Usaha pertama dengan mencatat (walaupun masih manual) sisa makan pasien. Dari data ini kemudian dibicarakan dalam tim gizi untuk pemberian porsi makanan pasien selanjutnya. Formulir yang digunakan disebut Comstock yang mencatat sosa makanan pasien. Proses ini masih mempunyai banyak tantangan dan belum terintegrasi dalam sistem rekam medik elektronik, dan masih perlu banyak perubahan untuk menuju kesempurnaan.

Layanan Gizi di RS PKU Gamping

Rumah Sakit PKU Gamping juga menyediakan makanan halal baik untuk konsumsi pasien maupun konsumsi masyarakat umum. Terdapat menu untuk pasien rawat jalan maupun untuk penunggu pasien. Sertifikat halal didapatkan bagian gizi RS PKU Gamping ini sejak tahun 2021, sehingga mengurangi kekhawatiran bagi sebagian masyarakat yang membutuhkannya.

Meskipun tanggung jawab utama ada pada pihak rumah sakit, pasien dan keluarga juga dapat dam diharapkan berkontribusi:

Komunikasikan Kebutuhan: Jangan ragu memberi tahu perawat atau ahli gizi jika ada makanan yang tidak disukai, memiliki alergi, merasa porsi terlalu besar atau terlalu kecil.

Tanyakan Jika Tidak Yakin: Jika ada pertanyaan mengenai menu atau aturan diet, bertanyalah untuk mendapatkan penjelasan.

Habiskan Jika Mampu: Usahakan untuk menghabiskan makanan yang telah disajikan sesuai kemampuan untuk mendukung proses pemulihan.

Batasi Makanan dari Luar: Terlalu banyak membawa makanan dari luar dapat menyebabkan makanan rumah sakit yang sudah disesuaikan gizinya menjadi tidak termakan. Diskusikan dengan tim medis jika ingin membawa makanan dari luar.

Beri Masukan: Sampaikan saran atau kritik mengenai kualitas makanan secara sopan dan konstruktif kepada pihak rumah sakit.

PUSTAKA

1. Tinjauan Etika Rumah Sakit Berkontribusi Dalam Limbah Makanan Ethical Review of Hospitals Contributing to Food Waste, accessed May 12, 2025, https://ejournal.ukrida.ac.id/index.php/ms/article/download/3456/2743/16261

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sisa Makanan 1. Pengertian Sisa ..., accessed May 12, 2025, https://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4621/3/BAB%20II.pdf

3. GAMBARAN SISA MAKANAN PADA PASIEN RAWAT INAP BEDAH RSUD HAJI ABDOEL MADJID BATOE MUARA BULIAN KAB. BATANGHARI Skripsi Disusun Ol - Repository Universitas Baiturrahim, accessed May 12, 2025, https://repository.ubr.ac.id/medias/journal/SUKATMAH_SKRIPSI_FINAL-2.pdf

4. Analisis Sisa Makanan terhadap Kepuasan Pelayanan Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jemursari - Journal of Universitas Airlangga, accessed May 12, 2025, https://e-journal.unair.ac.id/MGK/article/download/45567/27082/258717

5. ANALISIS BIAYA MAKAN DAN BIAYA SISA MAKANAN PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT ( LITERATUR REVIEW ) - E-JOURNAL POLTEKKES KEMENKES DENPASAR, accessed May 12, 2025, https://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JIG/article/viewFile/1587/1243

6. (PDF) Food waste in hospitals: implications and strategies for ..., accessed May 12, 2025, https://www.researchgate.net/publication/384462288_Food_waste_in_hospitals_implications_and_strategies_for_reduction_a_systematic_review

7. KAJIAN TENTANG FOOD LOSS DAN FOOD WASTE: KONDISI, DAMPAK, DAN SOLUSINYA | Journal of Food Technology and Agroindustry, accessed May 12, 2025, https://ejournalwiraraja.com/index.php/JFTA/article/view/4014

8. Definitions and causes of hospital food waste | Request PDF, accessed May 12, 2025, https://www.researchgate.net/publication/285181418_Definitions_and_causes_of_hospital_food_waste

9. Food waste: Making the case | Practice Greenhealth, accessed May 12, 2025, https://practicegreenhealth.org/topics/food/food-waste-making-case

10. www.frontiersin.org, accessed May 12, 2025, https://www.frontiersin.org/journals/sustainable-food-systems/articles/10.3389/fsufs.2025.1516331/pdf

11. Analisis Sisa Makanan terhadap Kepuasan Pelayanan Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jemursari - Journal of Universitas Airlangga, accessed May 12, 2025, https://e-journal.unair.ac.id/MGK/article/download/45567/27082

12. journal.uhamka.ac.id, accessed May 12, 2025, https://journal.uhamka.ac.id/index.php/argipa/article/download/11292/4302/44408

13. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Sisa Makanan Pasien Rawat Inap Di RSU Anutapura Kota Palu - Jurnal Kesehatan Masyarakat, accessed May 12, 2025, https://jurnal.fkm.untad.ac.id/index.php/preventif/article/download/567/297/

14. Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Terjadinya Sisa Makanan Lunak ..., accessed May 12, 2025, https://repository.poltekkesjkt2.ac.id/index.php?p=show_detail&id=5967&keywords=

15. Hubungan Antara Daya Terima Makanan Dengan Sisa Makanan Biasa Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Dr. R Koesma Tuban, accessed May 12, 2025, https://nutritionjournal.my.id/index.php/NNet/article/download/211/54/577

16. Analisis Sisa Makanan Pasien Rawat Inap di RSUP Sanglah Denpasar Provinsi Bali - Neliti, accessed May 12, 2025, https://media.neliti.com/media/publications/21497-ID-analysis-of-inpatients-food-leftover-at-sanglah-hospital-bali-province.pdf

17. Analisis Sisa Makanan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit - ResearchGate, accessed May 12, 2025, https://www.researchgate.net/publication/360522730_Analisis_Sisa_Makanan_Pasien_Rawat_Inap_Rumah_Sakit

18. determinan dengan terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap kelas 3 penyakit dalam rumah, accessed May 12, 2025, https://jurnal.mitrahusada.ac.id/emj/article/view/182/171

19. faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sisa makanan pada pasien rawat inap di rsud - E-JOURNAL POLTEKKES KEMENKES DENPASAR, accessed May 12, 2025, https://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JIG/article/download/1172/1087

20. Managing food waste in the inpatient population - PMC, accessed May 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10749062/

21. Plate waste and malnutrition in intensive care patients - Clinical Science of Nutrition, accessed May 12, 2025, https://clinscinutr.org/article/download/87/103/131

22. Analisis Sisa Makanan terhadap Kepuasan Pelayanan Makanan pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya - ResearchGate, accessed May 12, 2025, https://www.researchgate.net/publication/376211296_Analisis_Sisa_Makanan_terhadap_Kepuasan_Pelayanan_Makanan_pada_Pasien_Rawat_Inap_di_Rumah_Sakit_Islam_Jemursari_Surabaya

23. Sampah Organik dan Non-Organik: Menyadarkan Desa Papayan akan Pentingnya Lingkungan – Desa Papayan | Kab. Kecamatan Jatiwaras Kab.Tasikmalaya, accessed May 12, 2025, https://www.papayan.desa.id/sampah-organik-dan-non-organik-menyadarkan-desa-papayan-akan-pentingnya-lingkungan/

24. Food waste reduction in hospitals and K-12 schools | Colorado ..., accessed May 12, 2025, https://cdphe.colorado.gov/small-business-assistance-program/food-waste-reduction-in-hospitals-and-k-12-schools

25. How Hospitals Can Save on Food Waste Management and Improve Sustainability - Viably, accessed May 12, 2025, https://thinkviably.com/resource-library/hospitals-food-waste-management/

26. manajemen limbah makanan rumah sakit melalui pemanfaatan biokonversi black soldier fly (bsf), accessed May 12, 2025, http://repository.itsk-soepraoen.ac.id/1112/1/E-BOOK%20MANAJAMEN%20LIMBAH_8805520016.pdf

27. PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT - PPID Sumbar, accessed May 12, 2025, https://ppid.sumbarprov.go.id/api/download/?id=22590&title=PEDOMAN%20GIZI&link=https://ppid.sumbarprov.go.id/images/2024/01/file/PEDOMAN_GIZI_compressed.pdf

28. Chapter 6: Food Procurement, Service Systems, Safety and Waste - BDA, accessed May 12, 2025, https://www.bda.uk.com/practice-and-education/the-nutrition-and-hydration-digest/food-procurement-service-systems-safety-and-waste.html

29. Analisis sisa makanan dan biaya sisa makanan pasien skizofrenia ..., accessed May 12, 2025, https://jurnal.ugm.ac.id/jgki/article/view/17720

30. The Economics of Food Waste: Financial and Health Implications - FoodRecovery.org, accessed May 12, 2025, https://foodrecovery.org/intern/the-economics-of-food-waste-financial-and-health-implications/

31. Hospital Food Waste Management - Leanpath, accessed May 12, 2025, https://www.leanpath.com/industries/hospital-food-waste-management-solutions/

32. Food Services reducing food waste, making better use of resources | Carle.org, accessed May 12, 2025, https://carle.org/Newsroom/Redefining-Healthcare/2025/02/Food-Services-reducing-food-waste,-making-better-u

33. Resource Stewardship: Strategy & Absence - Nursing - Vaia, accessed May 12, 2025, https://www.vaia.com/en-us/explanations/nursing/nursing-theories/resource-stewardship/

34. Stewardship of Research Resources - PMC - National Institutes of Health (NIH), accessed May 12, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6533156/

35. Understanding Food Insecurity: Causes, Impact, and Solutions - TechnoServe, accessed May 12, 2025, https://www.technoserve.org/blog/food-insecurity-explained/

36. PETA JALAN PENGELOLAAN SUSUT DAN SISA PANGAN DALAM MENDUKUNG PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN MENUJU INDONESIA EMAS 2045, accessed May 12, 2025, https://www.gainhealth.org/sites/default/files/publications/roadmap-indonesia.pdf

37. Healthy Food | Health Care Without Harm (US & Canada), accessed May 12, 2025, https://us.noharm.org/healthy-food

38. (PDF) TANTANGAN DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENGURANGAN ..., accessed May 12, 2025, https://www.researchgate.net/publication/377237200_TANTANGAN_DAN_STRATEGI_KEBIJAKAN_PENGURANGAN_LIMBAH_PANGAN_DI_INDONESIA

39. How to improve food waste management in hospitals through focussing on the four most common measures for reducing plate waste | Request PDF - ResearchGate, accessed May 12, 2025, https://www.researchgate.net/publication/364134126_How_to_improve_food_waste_management_in_hospitals_through_focussing_on_the_four_most_common_measures_for_reducing_plate_waste

40. Strategies to reduce waste in patient food services - Canadian Coalition for Green Health Care, accessed May 12, 2025, https://greenhealthcare.ca/wp-content/uploads/2015/06/H2010102-Waste-Reduction-Research-Paper.pdf

41. Bagaimana Cara Mengupayakan Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab pada Penyelenggaraan Makanan Institusi Rumah Sakit? - Gizi Kesehatan UGM, accessed May 12, 2025, https://gizikesehatan.ugm.ac.id/sdgs-food-waste-in-hospital/

42. Darurat Food Waste di Rumah Sakit : Saatnya Mengelola Sampah Sisa Makanan, accessed May 12, 2025, https://m.kumparan.com/lapangdada/darurat-food-waste-di-rumah-sakit-saatnya-mengelola-sampah-sisa-makanan-250fUEYUv4V

43. Revolutionizing waste: How black soldier flies transform food waste into sustainable solutions - Purdue Agriculture, accessed May 12, 2025, https://ag.purdue.edu/news/2025/05/revolutionizing-waste-how-black-soldier-flies-transform-food-waste-into-sustainable-solutions.html

44. Reducing Food Waste With Black Soldier Flies | N.C. Cooperative Extension, accessed May 12, 2025, https://mecklenburg.ces.ncsu.edu/2025/01/reducing-food-waste-with-black-soldier-flies/

45. ejournal.urindo.ac.id, accessed May 12, 2025, https://ejournal.urindo.ac.id/index.php/kesehatan/article/download/4615/1955

46. Nutritional sequence in the hospital, accessed May 12, 2025, https://european-nutrition.org/good-practices/nutritional-sequence-hospital/

47. Uraian Tugas Staff Gizi | PDF - Scribd, accessed May 12, 2025, https://id.scribd.com/document/440446823/Uraian-Tugas-Staff-Gizi

48. BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Perpustakaan Poltekkes Malang, accessed May 12, 2025, https://perpus-utama.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1603000075/BAB_II.pdf

49. New case study: On-site circular solutions for food waste, accessed May 12, 2025, https://greenhospitals.org/news/new-case-study-site-circular-solutions-food-waste

50. Case studies-Green hospitals & Environment and Human Health, accessed May 12, 2025, https://greenhospitalsindia.com/case-studies/

51. Climate Learning Initiative - Dalin Tzu Chi Hospital, Taiwan, accessed May 12, 2025, https://healthcareclimateaction.org/CLI_DalinTzuChiHospital

52. Dosen UNS Sampaikan Antisipasi Limbah Makanan dalam Program Makan Bergizi Gratis, accessed May 12, 2025, https://uns.ac.id/id/uns-update/dosen-uns-sampaikan-antisipasi-limbah-makanan-dalam-program-makan-bergizi-gratis.html

53. United States 2030 Food Loss and Waste Reduction Goal | US EPA, accessed May 12, 2025, https://www.epa.gov/sustainable-management-food/united-states-2030-food-loss-and-waste-reduction-goal

54. A scoping review on reducing food waste and loss in hospitals - Gaceta Sanitaria, accessed May 12, 2025, https://www.gacetasanitaria.org/index.php?p=revista&tipo=pdf-simple&pii=S0213911125000160

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article
Politics | | | |