REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel menyampaikan penolakan mentah-mentah atas desakan dari Eropa untuk menghentikan perang di Gaza. Menurutnya, hal itu akan bergulir menjadi resolusi mengikat di PBB yang akan menghancurkan Israel.
Dalam konferensi pers pertamanya dalam beberapa waktu belakangan ia mengatakan bahwa “sanksi yang benar-benar mengkhawatirkan” akan dijatuhkan oleh Dewan Keamanan PBB. “Sanksi yang mengikat – sebuah resolusi yang tidak akan kami izinkan,” kata dia pada konferensi pers di Yerusalem, Rabu malam, dilansir the Times of Israel.
Menurut Netanyahu, sebagai syarat untuk melepaskan sandera dan setuju untuk mengakhiri perang, Hamas menuntut Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang memberikan sanksi mengikat yang akan menghancurkan perekonomian Israel dan keamanan nasional jika Israel melanjutkan perang. Resolusi seperti itu, jika disahkan, tidak mungkin dibatalkan.
Netanyahu juga menolak menarik pasukan sementara dan kembali menyerang saat semua sandera sudah keluar Haza. "Mereka lupa... hal ini tidak gratis. Anda harus mengevakuasi seluruh Jalur Gaza. Akan ada resolusi yang mengikat di Dewan Keamanan yang akan menghancurkan perekonomian Israel sepenuhnya, dan juga sistem keamanan kita. Ini gila. Benar-benar gila," lanjutnya.
“Ini adalah tujuan Hamas,” katanya. “Mereka ingin menghentikan perang, mengakhirinya, dan mendorong resolusi Dewan Keamanan yang mengikat – yang akan memaksa 180 negara untuk menjatuhkan sanksi terhadap kita.”
Netanyahu menegaskan retorika keras dan tindakan hukuman, termasuk sanksi, dari negara-negara Eropa yang menuntut diakhirinya perang di Gaza “tidak akan mempengaruhi” Israel untuk mengubah kebijakan nasionalnya.
“Negara-negara Eropa tidak akan mempengaruhi kami dan mereka tidak akan menyebabkan kami mengabaikan tujuan inti kami – menjamin keamanan Israel dan masa depan Israel,” kata Netanyahu.
Dalam beberapa hari terakhir, negara-negara Eropa telah meminta Israel untuk menghentikan perluasan kampanye militernya di Gaza dan mencabut pembatasan bantuan bagi warga sipil Gaza. Pada Selasa, Inggris mengumumkan jeda dalam perundingan perdagangan bebas dengan Israel dan menjatuhkan sanksi terhadap pemukim di Tepi Barat.
Kebijakan itu sehari setelah para pemimpin Inggris, Perancis, dan Kanada mengeluarkan pernyataan bersama yang secara eksplisit mengancam akan mengambil tindakan terhadap Israel jika negara tersebut tidak mengakhiri konflik dan mengizinkan bantuan.
“Kami akan melakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan perang,” kata Netanyahu. “Sungguh memalukan bahwa Inggris, alih-alih menjatuhkan sanksi terhadap Hamas, malah menjatuhkan sanksi terhadap seorang wanita yang setiap hari diancam oleh teroris Hamas di jalan-jalan Yudea dan Samaria,”
Netanyahu merujuk pada Daniella Weiss, seorang pelopor ekstremisme pemukim ilegal Yahudi di wilayah Palestina. Weiss belakangan diungkapkan pandangan kejinya soal warga Palestina dalam film dokumenter BBC, sebuah media pemerintah Inggris.
PM Israel yang saat ini merupakan buron kejahatan perang juga mencoba memanas-manasi Islamofobia di Eropa. "Negara-negara ini berada di bawah tekanan - dari kelompok minoritas Islam di negara mereka, dan dari opini publik yang dibentuk oleh propaganda palsu Hamas," kata Netanyahu.
Netanyahu juga menolak rencana negara-negara Eropa secara sepihak mengakui negara Palestina. "Kami sangat menentang niat mereka untuk memberikan hadiah utama kepada Hamas - untuk mengakui negara Palestina. Setelah tanggal 7 Oktober, setelah kita melihat seperti apa negara Palestina secara de facto - negara itu disebut Gaza. Gaza milik Hamas. Hamastan. Dan sekarang mereka ingin membentuk negara lain? Tidak ada imbalan yang lebih besar untuk teror," kata Netanyahu.
Dalam konferensi persnya semalam, Netanyahu juga menyatakan bahwa hubungan Israel dengan Amerika Serikat positif dan pemberitaan di media Israel dan Amerika Serikat mengenai keretakan antara dia dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump adalah keliru. Ia menambahkan bahwa peningkatan hubungan Trump dengan negara-negara Arab di Timur Tengah tidak akan mengesampingkan Israel.
Ia kembali menekankan dukungan atas rencana Trump mengosongkan Gaza. Rencana tersebut dinilai merupakan bentuk pembersihan etnis oleh berbagai negara dan badan internasional. “Kami ingin memastikan bahwa rencana Trump” untuk Gaza membuahkan hasil, tambahnya. “Ini adalah rencana yang brilian,” katanya, yang benar-benar dapat membawa perubahan tidak hanya di sini… namun juga dapat mengubah wajah Timur Tengah. Ubahlah untuk selamanya apa yang telah kita lalui di Gaza selama beberapa dekade.”