Konflik dan Perubahan Iklim Picu Krisis Kelaparan Global

4 hours ago 4

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA — Malnutrisi anak dan kelangkaan pangan akut global meningkat untuk tahun keenam berturut-turut. Dalam laporan terbarunya, PBB mencatat dua krisis ini berdampak pada lebih dari 295 juta orang di 53 negara hingga 2024.

Kenaikan 5 persen dibanding tahun sebelumnya membuat 22,6 persen populasi di wilayah terdampak hidup dalam krisis kelaparan. “2025 Global Report on Food Crises memberikan gambaran yang mengejutkan. Konflik, cuaca ekstrem, dan guncangan ekonomi menjadi pendorong utamanya, dan faktor-faktor itu kerap tumpang tindih,” kata Direktur Kedaruratan dan Daya Tahan FAO, Rein Paulsen, saat merilis laporan tersebut, akhir pekan lalu.

PBB memperingatkan kondisi dapat memburuk tahun ini. Penurunan pendanaan untuk bantuan kemanusiaan sejak laporan disusun menjadi pemicunya. Alokasi bantuan diperkirakan anjlok 10 hingga 45 persen.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump membubarkan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID), yang selama ini menjadi penyokong utama bantuan global. Kebijakan itu membatalkan lebih dari 80 persen program kemanusiaan.

“Jutaan orang yang kelaparan akan kehilangan atau segera kehilangan bantuan yang dapat menyelamatkan nyawa yang kami sediakan,” ujar Kepala Program Pangan Dunia (WFP) Cindy McCain.

Konflik bersenjata menjadi pemicu terbesar kelaparan, memengaruhi hampir 140 juta orang

di 20 negara. Beberapa bahkan sudah mencapai tingkat “bencana”, seperti di Gaza, Sudan Selatan, Haiti, Mali, dan Sudan.

Guncangan ekonomi—terutama inflasi dan depresiasi mata uang—mendorong krisis pangan di 15 negara dan berdampak pada 59,4 juta jiwa. Jumlah itu hampir dua kali lipat dibanding masa pandemi Covid-19, termasuk di Suriah dan Yaman.

Cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan akibat El Nino turut mendorong 18 negara ke jurang krisis. Dampaknya dirasakan lebih dari 96 juta orang, terutama di Afrika bagian selatan, Asia Tenggara, dan Tanduk Afrika.

Jumlah orang yang menghadapi kondisi seperti kelaparan naik drastis menjadi 1,9 juta jiwa. Ini angka tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 2016.

FAO mencatat, malnutrisi anak mencapai level mengkhawatirkan. Hampir 38 juta anak di bawah usia lima tahun terdampak di 26 negara, termasuk Sudan, Yaman, Mali, dan Gaza.

Krisis pangan juga diperparah oleh gelombang pengungsian. Sekitar 95 juta orang terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya, baik sebagai pengungsi internal maupun lintas negara seperti di Republik Demokratik Kongo dan Kolombia.

Meski situasi memburuk secara global, laporan juga mencatat perbaikan di 15 negara berkat bantuan kemanusiaan, panen yang membaik, dan meredanya konflik serta inflasi. Negara-negara itu antara lain Ukraina, Kenya, dan Guatemala.

Untuk memutus siklus kelaparan, FAO mendorong investasi pada sistem pangan lokal. “Membukti menunjukkan dengan mendukung pertanian lokal (kita) dapat membantu sebagian besar orang, dengan cara yang bermartabat dan dengan biaya rendah,” ujar Paulsen.

sumber : Reuters

Read Entire Article
Politics | | | |