REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH – Sejumlah jamaah haji Indonesia mulai tiba di Kota Makkah untuk menunaikan rangkaian ibadah haji tahun 1446 H/2025 M.
Namun, alih-alih disambut dengan kenyamanan, banyak dari mereka justru mengeluhkan buruknya layanan, terutama terkait penerapan sistem multisyarikah dalam pengelolaan akomodasi dan layanan lapangan.
Dalam rekaman suara yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Selasa (20/5/2025)Dul Madin Amin, jamaah dari Tangerang menyatakan saat sampai di Makkah memasuki Hotel 319, dirinya tidak membawa kedua kopernya, masih berada di Madinah.
Di hotel tersebut dia seorang yang berasal dari Tangerang, padahal hotel di sektor tiga tersebut kebanyakan jamaah haji berasal dari Jawa Tengah. “Saya tiba kemarin malam diantar petugas sektor,” kata dia.
Tadinya saat berada di Madinah, dia masih bersama rekan-rekannya, lalu saat hendak ke Makkah, dia tiba-tiba terpisah dari rombongan. Bahkan mirisnya, sesampainya di Makkah dia kebingungan sebab belum melaksanakan umroh wajib. “Belum umroh wajib. Belum dapat nusuk,” ujar dia.
Permasalahan tak jauh beda juga dirasakan Kiai Nawawi, seorang jamaah asal Rembang yang berangkat melalui salah satu Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU), menyampaikan kekecewaannya. Dia mengaku terpisah dari istrinya saat penempatan hotel di Makkah.
“Banyak masalah gara-gara ada banyak syarikah itu. Contohnya, jamaah di kloter kita banyak yang pisah-pisah. Bahkan saya dan istri saya akhirnya juga pisah hotel. Petugas-petugasnya juga belum siap saat kami sampai ke hotel. Ditanyai banyak yang tidak tahu,” ujar Kiai Nawawi saat dihubungi, Selasa (20/5/2025).
Sistem multisyarikah yang diterapkan pemerintah Arab Saudi tahun ini disebut menjadi biang keladi kekacauan tersebut. Dalam sistem ini, satu kloter jamaah bisa ditangani oleh lebih dari satu syarikah (penyedia layanan), yang menyebabkan pembagian kamar hotel tidak lagi terpusat dan cenderung semrawut.
Menurut Kiai Nawawi, sistem multi syarikah ini juga berdampak lambatnya pendistribusian kartu Nusuk. Karena belum punya kartu Nusuk, dia dan jamaah lainnya dari Kloter SOC (Solo) hampir saja tidak bisa masuk ke Masjidil Haram.
"Layanannya baik, tapi sayang banyak syirkah dan so pasti banyak masalah. Contoh kecil, Nusuk belum jadi. Sementara masuk Masjidil Haram harus pakai Nusuk.
Kami nyaris tidak masuk Masjidil Haram kemarin," ucap dia.
sumber : Antara