Kaji Jejak Intelektual Betawi Abad Ke-19, Naskah Pecenongan Diusulkan Jadi Ikon

5 hours ago 4

Fathurrochman Karyadi bersama pegiat kajian manuskrip dan perpustakaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dr. Nasruddin Djoko Surjono, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, menegaskan bahwa pelestarian naskah kuno sejalan dengan visi Jakarta sebagai kota berkelanjutan. Hal ini diungkapnya dalam diskusi "Penggalian Potensi Naskah Kuno Nusantara sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON)" di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Rabu (14/5/2025)

"Menjelang 500 tahun Jakarta pada 2027, kami ingin warisan intelektual seperti naskah Pecenongan karya Muhammad Bakir ini menjadi fondasi pembangunan karakter masyarakat. Keunikan naskah ini terletak pada penggambaran kehidupan urban multikultural yang tetap relevan hingga kini," paparnya.

Plt. Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan Nasional RI, Yeri Yunita, menambahkan komitmen kuat untuk melestarikan naskah kuno sebagai warisan intelektual bangsa.

"Naskah Pecenongan bukan sekadar dokumen tua, tapi bukti hidup dinamika masyarakat Betawi abad ke-19 yang sarat nilai kearifan lokal. Kami sedang memprioritaskan digitalisasi dan pengembangan konten edukatif berbasis naskah-naskah ini," ujarnya.

Para ahli yang hadir mengungkapkan keistimewaan naskah Pecenongan. Dr. Mamlahatun Buduroh, filolog UI, menemukan percampuran bahasa Melayu-Jawa-Sunda-Betawi yang unik. "Hikayat Sultan Taburat menampilkan dialog-dialog jenaka yang menjadi ciri khas masyarakat Betawi, berbeda dengan naskah istana yang cenderung formal," jelasnya.

Temuan menarik lainnya diungkapkan Dr. Rias Anto Rahmi tentang sistem penyewaan naskah di Batavia tempo dulu. "Iklan penyewaan naskah dari tahun 1921 membuktikan tradisi literasi yang hidup di masyarakat biasa, bukan hanya kalangan elite. Ini menunjukkan betapa naskah-naskah ini pernah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari," ujarnya.

Dr. Adity Gunawan dari Perpustakaan Nasional mengonfirmasi proses pendaftaran naskah Pecenongan sebagai Ingatan Kolektif Nasional. "Kami sedang menyiapkan dokumen pendukung yang komprehensif, termasuk kajian nilai-nilai budaya dan potensi pengembangannya untuk pendidikan karakter," jelasnya.

Prof. Ismunandar menekankan pentingnya pendekatan holistik. "Pelestarian naskah kuno harus melibatkan multidisiplin ilmu. Kami mengajak sejarawan, antropolog, hingga seniman untuk bersama-sama menghidupkan kembali khazanah ini," tandasnya.

Read Entire Article
Politics | | | |