REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo tak kuasa menahan tangis saat mendengarkan keluhan warga Abu Bakar Ali (ABA) yang terdampak relokasi TKP ABA, Kamis (15/5/2025). Kedatangannya ini berkaitan dengan berakhirnya kontrak pengelolaan TKP ABA pada 13 Mei lalu sekaligus menyampaikan rencana relokasi yang akan dilakukan oleh pemerintah kepada para juru parkir hingga pedagang yang ada di lokasi tersebut.
Sebelumnya, surat pemberitahuan nomor B/500.11.36/1939/D9 tertanggal 13 Mei 2025 JUGA telah disampaikan Dinas Perhubungan DIY kepada CV ABA Yogyakarta selaku pengelola TKP ABA berkaitan dengan penghentian aktivitas perpakiran dan perdagangan di TKP ABA per tanggal 14 Mei 2025. Para juru parkir (jukir) dan pedagang pun diminta tidak beraktivitas di lokasi tersebut mengingat masa kontraknya telah berakhir.
Terkait pemberitahuan ini, warga ABA pun mencurahkan apa yang menjadi kegelisahannya pasca tak boleh lagi memanfaatkan lokasi tersebut untuk mengais rejeki. Salah satunya Atun, pedagang yang menjajaki dagangannya di sekitaran TKP ABA. Dia menyampaikan bahwa proses relokasi itu sulit diterima karena lokasi yang baru dikhawartirkan tidak seramai TKP ABA yang notabene posisinya dekat dengan destinasi wisata favorit Yogya yakni Malioboro.
"Kami tidak tahu bagaimana nasib kami di lokasi yang baru, apalagi harus mengulang dan menata lagi dari awal," katanya dalam sarasehan bersama Wali Kota Yogyakarta di TKP ABA, Kamis (15/5/2025).
Tak hanya Atun, juru parkir yang lain pun menyampaikan hal senada. Mereka mengaku sudah nyaman mengais rezeki di sana karena banyak wisatawan yang memarkirkan kendaraannya di lokasi tersebut. Selain itu, bus-bus pariwisata yang setiap hari membawa rombongan wisata itupun ikut berdampak pada perekonomian para juru parkir yang ada di TKP ABA.
Mendengar segala keluh-kesah itu, Hasto pun tak kuasa menahan haru. Ia yang tadinya berbincang dengan warga ABA tiba-tiba terdiam dan mengakhiri penjelasannya. Seusai acara, Hasto mengaku terharu dan ikut merasakan bahwa relokasi bukan lah hal yang mudah untuk rakyat kecil menegah. Apalagi selama ini, mereka mengandalkan TKP ABA untuk mencari penghasilan sehari-hari.
Kendati begitu, kebijakan tetaplah kebijakan. Dia mengatakan tetap menyampaikan apa yang menjadi hasil diskusi bersama Pemda DIY terkait pembongkaran TKP ABA di mana warga ABA tidak boleh lagi beraktivitas di lokasi tersebut.
"Hari ini kita menyampaikan dan menindaklanjuti terkait masa kontrak yang telah jatuh tempo kemarin, sehingga sudah sehari kita melewati batas, mau tidak mau kan harus ada solusinya," kata Hasto.
Menurutnya, ada satu kalimat yang membuat air matanya tidak terbendung, yakni soal kekhawatiran akan kelangsungan usaha dan mengais rezeki bagi para jukir dan pedagang di tempat baru.
"Tadi spontan aja (saya terharu) dan rasanya ikut merasakan karena kalau mendengarkan mereka itu kan saya membayangkan jadi dia seperti apa. Ada satu kalimat yang menyentuh, bahwa ketika kita membikin pasar baru kan tidak mudah, saya yang pernah menjadi bupati pernah merasakan bahwa tantangan yang besar untuk membuat kompleksitas baru (itu sulit). Bagi saya itu pesan yang sangat kuat sekali," ucapnya menambahkan.
Oleh karenanya, mantan Bupati Kulonprogo itu berjanji bakal menghadirkan gebrakan, agar lokasi baru yang ditawarkan yakni di lahan eks Menara Coffee di kawasan Kotabaru, bisa menjadi daya tarik wisatawan meskipun butuh waktu, agar perekonomian para jukir dan pedagang bisa benar-benar bergeliat kembali seiiring tidak lagi beraktivitas di TKP ABA.
"Harapan untuk diri saya sendiri, nanti akan ada inovasi yang out of the box. Tapi, saya butuh waktu untuk mengondisikan dan mencari idenya," ucap Hasto.
Sebagai tempat relokasinya, jukir hingga pedagang bisa memanfaatkan tempat tersebut sebagai alternatif mencari rezeki sembari menunggu lokasi relokasi lainnya.
"Mereka bisa tekun di tempat yang baru dan harapan saya pada mereka hidup ini bisa berubah, jadi jangan terus terpaku bahwa saya itu pasti nasibnya tidak berubah pasti lebih tidak baik. Kita bisa punya keyakinan bersama bahwa hidup bisa lebih baik,” ujarnya.
Sementara itu, Pengelola TKP ABA, Doni Rulianto mengatakan pihaknya hanya bisa pasrah dengan keputusan relokasi tersebut. Ia berharap apa yang sudah disepakati warga dapat dikabulkan pemerintah setempat, seperti permohonan keringanan beban biaya sewa dan operasional di eks Menara Coffee, permohonan promosi untuk meramaikan lokasi tersebut, dan sebagainya.
"Bismillah lah mudah-mudahan nanti tempatnya sudah jadi, kula tata (saya tata) bareng-bareng sama juru parkir (jukir) sama parkirnya. Mudah-mudahan nanti sambil berjalannya waktu dari Pemda juga butuh jukir, sejumlah 95 ini ada solusi lagi. Saya belum tahu tempatnya (eks Menara Coffee), tapi kalau sejumlah 95 orang kemudian di sana juga membutuhkan pekerjaan yang tidak ringan," ungkap Doni.