Flavio Briatore, Kontroversi dan Sukses di Formula 1

3 hours ago 2
Flavio Briatore. Dok. Motorsports.com Flavio Briatore. Dok. Motorsports.com

MOTORESTO.ID ITALIA – Dalam dunia Formula 1 yang sarat teknologi tinggi dan kecepatan ekstrem, ada satu nama yang mencuat bukan karena kemampuan mengemudi atau kecanggihan mesin, melainkan karena insting bisnis tajam, kepribadian flamboyan, dan kontroversi yang membuntutinya. Flavio Briatore Lahir di kota kecil Verzuolo, Italia, pada 12 April 1950, perjalanan hidup Briatore adalah kisah dramatis dari titik nol menuju puncak kekuasaan, kehormatan, dan juga kejatuhan.

Briatore memulai kariernya jauh dari arena balap. Ia bekerja sebagai akuntan dan pengusaha kecil, sebelum kemudian menjalin hubungan bisnis dengan Luciano Benetton, pendiri rumah mode Italia, Benetton Group. Lewat jaringan ini, Briatore dipercaya mengelola ekspansi merek pakaian Benetton ke pasar Amerika Serikat, dan berhasil membangun jaringan toko yang sukses. Kesuksesan itu membuka jalan baginya untuk masuk ke dunia olahraga khususnya Formula 1.

Pada akhir 1980-an, Benetton mengakuisisi tim balap Toleman dan menggantinya menjadi Benetton Formula. Meskipun Briatore tak memiliki latar belakang teknis atau balap, ia ditunjuk sebagai manajer tim. Dengan gaya manajerial yang agresif dan fokus pada hasil, ia mulai mengubah wajah tim tersebut.

Langkah terbesar Briatore datang saat merekrut pembalap muda Jerman, Michael Schumacher, dari tim Jordan pada 1991. Langkah ini terbukti jenius. Bersama Briatore, Schumacher meraih dua gelar juara dunia pada 1994 dan 1995, membawa Benetton ke puncak kejayaan sebagai juara konstruktor dan memperkenalkan nama Schumacher ke dunia sebagai ikon balap.

Setelah Schumacher hengkang ke Ferrari, Briatore tetap menjadi tokoh penting di paddock. Ia kemudian membawa talenta muda lainnya ke puncak kesukesan Fernando Alonso. Di bawah payung Renault F1, Briatore mengasuh Alonso yang akhirnya mencetak sejarah sebagai juara dunia termuda kala itu pada 2005 dan mengulanginya di 2006. Keberhasilan ini sekaligus menghentikan dominasi Schumacher dan Ferrari selama lima tahun sebelumnya.

Namun, gemilang karier Briatore diwarnai noda besar. Dalam Grand Prix Singapura 2008, pembalap Renault, Nelson Piquet Jr., mengaku diminta untuk sengaja menabrakkan mobilnya agar memicu safety car sebuah strategi yang pada akhirnya menguntungkan rekan setimnya, Alonso, untuk memenangkan balapan.

FIA menyelidiki kasus ini dan menjatuhkan hukuman larangan seumur hidup bagi Briatore dari segala aktivitas F1. Meski pengadilan Prancis membatalkan sanksi tersebut pada 2010, reputasinya terlanjur tercoreng. Dunia F1 kehilangan salah satu tokoh paling karismatik dan kontroversialnya.

Pada 2022, Briatore secara mengejutkan kembali ke orbit F1 setelah ditunjuk sebagai penasihat khusus oleh Alpine F1, tim penerus Renault. Meski tidak lagi memegang kendali penuh seperti di masa lalu, kehadiran Briatore di balik layar menunjukkan bahwa dunia balap masih mengakui nilai strategis dan pengalaman panjangnya.

Briatore adalah tokoh yang membelah opini. Ia dipuji karena kemampuannya menemukan dan mengasah bakat, menciptakan tim pemenang, dan membaca situasi strategis di lintasan. Namun, ia juga dikecam karena etika manajerialnya yang kadang dipertanyakan dan reputasinya sebagai “bad boy” di paddock.

Warisannya dalam sejarah F1 tetap tak terbantahkan. Ia adalah orang di balik dua era kejayaan tim yang berbeda, membawa dua juara dunia ke puncak, dan memperlihatkan bahwa keberhasilan di F1 bukan hanya soal mobil dan teknologi, tetapi juga kepemimpinan dan intuisi manusia.

Read Entire Article
Politics | | | |