REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Citra seorang ayah yang mengantar anaknya ke gerbang sekolah mungkin terlihat sederhana, namun di balik itu terkandung makna yang mendalam bagi perkembangan emosional dan mental anak. Menyadari hal ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) secara resmi meluncurkan Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah pada 10 Juli 2025.
Inisiatif ini, yang tertuang dalam Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2025, bertujuan untuk membangun kedekatan emosional antara ayah dan anak sejak dini untuk mengoptimalkan kepercayaan diri dan mengembangkan mental anak yang lebih baik dalam proses belajar. Sekolah Cikal mendukung penuh gerakan pemerintah ini. Dukungan ini bukan tanpa alasan, mengingat manfaat besar yang bisa dipetik dari kehadiran ayah di momen penting tersebut.
Pendiri Sekolah Cikal, Najelaa Shihab, mengatakan pengasuhan adalah urusan bersama dan keterlibatan aktif seorang ayah memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan anak. “Pengasuhan adalah urusan bersama. Keterlibatan tinggi ayah dalam pengasuhan, salah satunya dengan mengantarkan anak ke sekolah, berkaitan dengan tingginya level percaya diri dan kontrol diri anak. Jadi, keterlibatannya ayah benar-benar esensial,” ujar Najelaa dalam keterangan tertulisnya dikutip pada Jumat (18/7/2025).
Kepala SD Cikal Amri Setu Jakarta Timur, Eka Wulanjari, mengatakan inisiatif ayah mengantar anak ke sekolah mampu meredakan kecemasan atau kekhawatiran yang mungkin muncul dalam diri anak. “Dengan ayah mengantar anak ke sekolah, ayah dapat secara langsung hadir menunjukkan dukungannya, karena bisa saja, ada kecemasan atau ketakutan yang muncul saat anak masuk ke lingkungan baru,” kata Eka.
Kehadiran fisik ayah di samping anak menjadi bukti nyata dukungan yang dapat menenangkan hati anak di tengah transisi ke lingkungan yang belum dikenalnya. Sekolah Cikal tidak membatasi inisiatif ini hanya pada jenjang Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar. Cikal turut menganjurkan dukungan orang tua, termasuk ayah, pada saat keberangkatan dan mengantar anak ke sekolah hingga jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). SD Cikal Amri Setu Jakarta Timur secara proaktif mengajak para ayah untuk hadir di hari pertama sekolah.
Dia mengatakan sering kali ayah tidak dapat hadir di sekolah karena harus bekerja. Namun, dengan gerakan ini, SD Cikal Amri Setu turut mendorong kedua orang tua untuk mengantarkan anaknya ke sekolah di hari pertama. "Tentu, setiap ayah berkesempatan untuk hadir mendampingi anak memulai langkahnya," kata Eka.
Hal senada disampaikan praktisi pendidikan sekaligus Kepala SMP-SMA Cikal Amri Setu, Jakarta Timur, Izza Dinillah, M.Ed. Menurut dia, anjuran mengantar anak ke sekolah juga berlaku untuk jenjang yang lebih tinggi untuk membangun interaksi yang lebih berkualitas antara anak dan ayah.
Dia menilai kebijakan gerakan ayah mengantar anak pada hari pertama sekolah dalam hal ini dapat bermanfaat dalam membangun interaksi dengan kuantitas yang lebih banyak antara anak dan ayah. "Untuk jenjang SMP-SMA, kami menganjurkan anak diantar dan didukung orang tua pada saat keberangkatan. Melihat kemandirian anak di tingkat SMP-SMA, biasanya orang tua hanya mengantar saja tanpa menunggu anak di hari pertama sekolah,” kata Izza. Meskipun anak di jenjang SMP dan SMA mungkin terlihat lebih mandiri, momen antar jemput tetap bisa menjadi ruang interaksi yang berharga bagi ayah dan anak.
Fenomena fatherless atau kurangnya keterlibatan dan kehadiran ayah dalam tumbuh kembang anak menjadi salah satu latar belakang penting lahirnya gerakan ini. Menurut Eka, inisiatif pemerintah ini adalah pengingat yang sangat baik untuk meningkatkan keterlibatan ayah, baik dari sisi kepekaan, kesadaran, maupun kesempatan untuk membersamai setiap tahapan tumbuh kembang anak.
Gerakan mengantar anak ke sekolah dianggap merupakan langkah awal yang baik. Artinya, kata dia, negara mempromosikan kesadaran tentang pentingnya peran ayah dalam pendidikan dan hidup anak. "Sering kali ayah tidak dapat hadir di sekolah karena harus bekerja. Dengan gerakan ini, maka ayah berkesempatan untuk berperan dalam salah satu tahapan penting dalam kehidupan anak,” kata Eka.
Dia mengatakan di Sekolah Cikal, upaya untuk melibatkan orang tua secara aktif tidak hanya berhenti pada gerakan mengantar anak. Sekolah ini secara konsisten mengajak setiap orang tua untuk bekerja sama dalam mendukung proses belajar anak melalui berbagai inisiatif.
“Sekolah Cikal percaya bahwa sekolah dan orang tua sangat perlu untuk bekerja sama dalam mendukung proses pembelajaran anak. Kami hadirkan Parents Mandatory Workshop (workshop wajib terkait pengasuhan anak untuk orang tua), breakfast club, meal time with family, dan masih banyak lagi agar orang tua selalu hadir membersamai anak,” ujar Izza.