Pertamina EP Revitalisasi Lapangan Tua, Kejar Target Produksi 213 MBOEPD di 2025

8 hours ago 6

loading...

Pertamina EP berhasil mencatatkan kinerja positif di tengah tekanan industri hulu migas nasional. FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA - PT Pertamina EP (PEP) berhasil mencatatkan kinerja positif di tengah tekanan industri hulu minyak dan gas (migas) nasional. Sepanjang tahun 2024, anak usaha Subholding Upstream Pertamina ini membukukan produksi minyak sebesar 65.482 barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 809,40 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Jika dikonversi, total produksi mencapai 205,18 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD).

Capaian tersebut menjadi penanda bangkitnya lapangan tua yang selama ini mengalami penurunan produksi alami. Sekaligus, hasil ini mengukuhkan posisi PEP sebagai salah satu pilar utama penyedia energi nasional.

Keberhasilan ini tak lepas dari penerapan prinsip operasional OTOBOSOR (On Time, On Budget, On Scope, On Result), serta komitmen tinggi terhadap keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan (HSSE).

Plt Direktur Utama Pertamina EP, Muhamad Arifin, mengatakan bahwa pihaknya menargetkan peningkatan produksi menjadi 213 MBOEPD pada 2025. Target tersebut terdiri atas lifting minyak sebesar 72.500 BOPD dan produksi gas sebesar 625 MMSCFD, atau setara 180 MBOEPD.

"Kami fokus pada keberlanjutan jangka panjang melalui pengelolaan rasio cadangan terhadap produksi (RTP) dan rasio penggantian cadangan (RRR), serta memperkuat kinerja keuangan melalui manajemen biaya," kata Arifin dalam pernyataannya, Jumat (16/5).

Baca Juga: Pertamina EP Serahkan Pengelolaan Wilayah Migas ke Mitra KSO

Namun, menurut Arifin, tantangan yang dihadapi tidaklah ringan. Mayoritas aset PEP berupa lapangan migas yang sudah matang (mature fields) dengan penurunan produksi alamiah lebih dari 10 persen per tahun. Kondisi ini memerlukan pemeliharaan intensif dan biaya besar untuk menjaga integritas fasilitas produksi.

Selain tantangan teknis, hambatan administratif juga menjadi perhatian. Salah satunya adalah proses perizinan lahan, khususnya di kawasan hutan dan pertanian, yang kerap memperlambat kegiatan eksplorasi maupun pengembangan lapangan.

"Tanpa dukungan pemerintah dalam percepatan proses perizinan, target produksi 2025 berisiko mengalami keterlambatan," ujar Arifin.

Lebih jauh, Arifin menekankan pentingnya regulasi yang mendukung untuk mempercepat ekspansi eksplorasi lepas pantai serta implementasi teknik pengeboran yang lebih efisien. PEP mengedepankan transformasi teknologi dan digitalisasi sebagai pilar utama peningkatan produksi.

Read Entire Article
Politics | | | |