REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebuah ayat Alquran, yaitu Albaqarah ayat 8 menjelaskan tentang adanya orang yang mengaku beriman, padahal sesungguhnya, di dalam hatinya, sama sekali tak terbesit rasa iman. Ayat tersebut berbunyi,
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
Wa minan-nāsi may yaqụlu āmannā billāhi wa bil-yaumil-ākhiri wa mā hum bimu`minīn
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Ulama penafsir Alquran Abdurrahman as-Sa’di menjelaskan, bahwa orang semacam itu jelas merupakan kelompok munafik. Orang yang perkataan dan isi hatinya tidak sinkron. “Ketahuilah bahwasanya kemunafikan itu adalah menampakkan kebaikan dan menyembunyikan kejahatan, termasuk dalam definisi ini kemunafikan I’tiqad dan kemunafikan amaliah,” tulis as-Sa’di dalam tafsirnya.
Sebuah hadis Nabi Muhammad menjelaskan tiga tanda orang munafik: "tanda kemunafikan itu ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji dia ingkari dan jika dimanahi dia berkhianat". Dalam riwayat yang lain "jika bertengkar dia berlebihan.
As-Sa'di menjelaskan, kemunafikan belumlah muncul sebelum hijrahnya Nabi dari Makkah menuju Madinah, bahkan juga setelah hijrah hingga setelah kejadian perang Badar. Allah memberikan kemenangan kepada kaum Muslimin dan memuliakan mereka, dan menghinakan orang-orang yang ada di Madinah dari mereka yang belum masuk Islam.
sumber : Antara