Makkah dalam Catatan Sejarah

4 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID,JEDDAH -- Kota Makkah adalah Kota Suci, serta tempat paling suci dan paling terhormat di dunia. Sumber paling benar tentang sejarahnya adalah Alquran dan riwayat kenabian yang otentik.

Setelah kedatangan Islam, para cendekiawan dan sejarawan Muslim berusaha untuk mencatat sejarah Makkah dalam buku-buku sejarah umum, maupun dalam buku-buku yang berkaitan dengan biografi para cendekiawan Muslim yang tinggal di sana.

Beberapa cendekiawan berupaya menulis buku-buku, yang terutama membahas sejarahnya dan daerah-daerah sekitarnya. Di antara mereka adalah Abu al-Waleed al-Azraqi dari abad ketiga, Al-Faakihi, serta Imaam Taqiyyud-Deen al-Faasi al-Makki.

Dilansir di Gulf Times, Kamis Setelah itu banyak cendekiawan dan mazhab sejarah muncul, yang berkontribusi pada penulisan sejarah dan kronik Makkah. Beberapa nama itu adalah Aal Fahd dan Aal At-Tabari, yang mana terus berlanjur sejak saat itu, termasuk yang kontemporer.

Seperti yang banyak diketahui, sejarah dan bangunan Makkah berhubungan langsung dengan Nabi Ibrahim (Abraham). Dia adalah orang pertama yang menempatkan keluarganya di kota itu, ketika harus meninggalkan istrinya Haajar dan putranya Ismaa'eel (Ismael) sesuai dengan perintah Allah SWT.

Imam Al-Bukhari melaporkan atas otoritas Ibn 'Abbaas, dalam narasi panjang Nabi Muhammad menceritakan Ibrahim pernah datang dengan Haajar dan Ismail, yang masih bayi menyusu, dari Suriah kuno ke Makkah. Saat itu, Makkah tidak memiliki air dan tidak ada orang yang tinggal di sana. Ibrahim membawa mereka berdua di bawah naungan pohon dan meninggalkan sekantong kurma dan sebotol air, lalu kembali ke Suriah kuno.

Saat dia pergi, istrinya Haajar memanggilnya, berkata: “Mau kemana? Bagaimana Anda bisa meninggalkan kami di lembah sepi ini yang tidak memiliki manusia atau apa pun (dalam hal kehidupan)?” Dia mengulangi pertanyaan ini beberapa kali, tetapi tidak mendapat jawaban. Kemudian, ia bertanya: "Apakah Allah memerintahkanmu untuk melakukan ini?". Nabi Ibrahim kemudian menjawab: "Ya", yang mana dibalas dengan "Maka Dia tidak akan pernah meninggalkan kita".

sumber : Dok Republika

Read Entire Article
Politics | | | |