Kisah Muhammad Ali Mampu Menghindari 21 Pukulan Lawan dalam 10 detik

5 hours ago 3

loading...

Kisah-kisah tentang kehebatan Muhammad Ali di atas ring tinju sudah menjadi legenda / Foto: X

Kisah-kisah tentang kehebatan Muhammad Ali di atas ring tinju sudah menjadi legenda. Bukan hanya karena pukulan-pukulannya yang mematikan, tetapi juga karena kelincahan dan kemampuan defensifnya yang luar biasa.

Salah satu momen yang paling ikonik dan sering diperbincangkan adalah demonstrasi kecepatannya dalam menghindari serangkaian pukulan lawan yang mencengangkan. Meskipun catatan pasti mengenai detail waktu dan jumlah pukulan yang berhasil dihindari Ali bervariasi dalam berbagai sumber, anekdot tentang kemampuannya menghindar dengan gemilang tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari The Greatest.

Dalam satu momen, Ali muda kerap membiarkan lawannya menyerang dan ia membiarkan wajahnya dalam keadaan terbuka tanpa halangan tangannya. Salah satunya adalah dalam satu pertarungan eksibisi melawan Michael Dokes di Miami Beach, Florida, pada 1977.

Baca Juga: Naoya Inoue 2 Kali Ambruk Kena Hook Kiri Petinju Meksiko Sebelum TKO Cardenas

Pertandingan eksibisi tersebut merupakan bagian dari program yang menggantikan pertandingan Larry Holmes vs Stan Ward yang dibatalkan di Wide World of Sports milik ABC. Ali, yang saat itu berusia 35 tahun, memamerkan keterampilan tinjunya dengan menghindari banyak pukulan dari Dokes, calon petinju kelas berat berusia 19 tahun.

Saat itu Ali menghindari 21 pukulan lawan di sudut ring dalam 10 detik dengan gerakan kaki yang lincah seperti penari balet dan refleks secepat kilat, mampu menghindari rentetan pukulan lawan dalam waktu yang sangat singkat. Alih-alih tegang, Ali justru langsung berjoget usai melakukan trik defense yang satu ini.

Bayangkan seorang petinju, dengan bobot dan kekuatan seorang kelas berat, bergerak dengan grasi seekor kupu-kupu, meliuk-liuk menghindari hantaman demi hantaman yang dilayangkan kepadanya. Dokes diketahui merupakan petinju profesional dengan rekor amatir 147-7 dan pernah kalah di semifinal Olimpiade 1976. Setelah pertandingan eksibisi, Dokes menjadi sparring partner bagi Ali dari tahun 1977-1979.

Baca Juga: Saul Canelo Alvarez vs Terence Crawford Pertarungan Abad Ini Rp3,2 Triliun

Satu filosofi yang terkenal dari Ali adalah 'Float like a butterfly, sting like a bee'. Lebih dari sekadar slogan, kalimat itu merangkum gaya bertarungnya yang unik, bergerak ringan untuk menghindari serangan, lalu menyengat dengan pukulan-pukulan cepat, dan akurat. Kemampuannya menghindari pukulan bukan hanya soal kecepatan fisik, tetapi juga tentang antisipasi, timing, dan pemahaman mendalam tentang ritme serangan lawan.

Ali memiliki kemampuan luar biasa untuk membaca gerakan lawan, memprediksi arah pukulan, dan meresponsnya dengan gerakan kepala (head movement), geseran kaki (footwork), dan slipping (menggeser tubuh sedikit ke samping) yang minimal namun efektif. Ia tidak hanya menghindari pukulan secara pasif, tetapi seringkali gerakannya itu justru membuka celah bagi serangan baliknya yang mematikan.

Kisah tentang Ali yang mampu menghindari pukulan-pukulan dalam waktu yang sangat singkat menjadi simbol dari keunggulan teknik dan refleks di atas kekuatan brute semata. Itu adalah demonstrasi seni bela diri dalam bentuknya yang paling murni, di mana kecerdasan dan kelincahan mampu mengatasi agresi dan kekuatan semata.

Kisah ini terus menginspirasi para petinju dan penggemar olahraga di seluruh dunia, mengingatkan bahwa dalam setiap pertarungan, kecerdikan dan ketangkasan seringkali menjadi senjata yang lebih ampuh daripada sekadar adu kekuatan.

(yov)

Read Entire Article
Politics | | | |