Jangan Berhenti Bertumbuh untuk Menjawab Tantangan Zaman

4 hours ago 2
Dok. Mas Imam NawawiDok. Mas Imam Nawawi

TOPNEWS62.COM, DEPOK -- Pertumbuhan fisik manusia memang memiliki batas. Namun, tidak demikian dengan intelektual, mental, spiritual, bahkan kepemimpinan. Semua itu bisa dan seharusnya terus bertumbuh. Karena itu, jangan pernah berhenti tumbuh dalam setiap kebaikan.

John C. Maxwell pernah berkata, “Apa yang membawa Anda ke tempat hari ini tidak akan membawa Anda ke tempat tujuan esok. Bertumbuhlah agar Anda siap menghadapi hari esok.”

Namun jauh sebelum Maxwell, Rasulullah SAW telah menegaskan pentingnya proses belajar dalam hidup manusia. “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat,” sabda beliau. Bahkan, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim.

Tantangan Keilmuan

Hari ini, kita dihadapkan pada tantangan serius di bidang keilmuan. Daya baca masyarakat masih rendah, minat mengkaji ilmu pun belum menggembirakan. Sebagian besar umat hafal kejayaan masa lalu — tentang ulama dan ilmuwan Muslim yang memberi kontribusi besar pada peradaban dunia. Namun, tak banyak yang fokus menyiapkan generasi hari ini untuk tumbuh menjadi pribadi pembelajar yang produktif di tengah derasnya arus digital.

Padahal, sejarah telah membuktikan bahwa umat Islam pernah begitu maju karena spirit keilmuan dan keteguhan iman. Karya-karya para ulama dahulu justru menjadi inspirasi bagi kebangkitan Barat. Sayangnya, kini kita lebih sering meniru Barat ketimbang menggali kembali nilai-nilai luhur yang dahulu kita miliki.

Lalu, apakah Islam tidak lagi mampu menjadi cahaya peradaban di era modern ini?

Pertanyaan itu seharusnya menggugah kesadaran kita. Bukan Islam yang bermasalah, tetapi seringkali pribadi-pribadi Muslim yang belum mampu menjawab tantangan zaman. Bila kita menyadari hal ini, maka sudah semestinya kita terpanggil untuk bertumbuh dan menjawab.

Menjawab, Tugas yang Tidak Mudah

Menjawab tantangan zaman bukan perkara ringan. Ia menuntut disiplin dalam ibadah, kesungguhan dalam menuntut ilmu, dan komitmen dalam amal jama’i. Pendiri Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said, pernah mengatakan bahwa menjawab itu membutuhkan kesabaran. Seperti kereta api yang tak bisa hanya mengandalkan gerbong — ia butuh lokomotif. Melahirkan pemimpin sebagai lokomotif peradaban tentu bukan proses instan.

Di sinilah pentingnya proses kaderisasi, tarbiyah, dan pembinaan yang berkesinambungan.

Kolaborasi sebagai Kunci

Di tengah budaya digital yang serba individualistik, kolaborasi menjadi kebutuhan mendesak. Gaya hidup “scrolling” telah menjauhkan manusia dari interaksi nyata. Bertemu pun masih sibuk dengan gawai. Rasa hormat terhadap sesama kian menipis.

Oleh karena itu, semangat silaturahmi harus terus diperkuat. Dari silaturahmi akan lahir energi kolaborasi. Dan kolaborasi adalah jalan strategis untuk menghadirkan solusi bersama. Di sinilah keputusan pribadi menjadi sangat penting — apakah kita mau berjuang bersama, atau hanya menjadi penonton zaman.

Fokus, kebiasaan baik, dan konsistensi adalah modal kita. Tanpa itu, kita hanya akan terseret arus, sibuk dengan tampilan luar, namun miskin kontribusi. Padahal, tugas umat Nabi Muhammad SAW adalah menapaki jalan panjang — dengan napas dakwah, ibadah, tarbiyah, dan karya nyata yang terus tumbuh.

Pertumbuhan seorang Muslim sejati tidak mengenal batas usia. Selama masih bernafas, selama itu pula ia terus belajar, memperbaiki diri, dan memperkuat peran. Inilah pertumbuhan sejati yang tidak pernah berhenti.

Oleh : Mas Imam Nawawi (Hidayatullah)

Read Entire Article
Politics | | | |