REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) mendorong pemerintah untuk memperluas program energi hijau, salah satunya melalui percepatan pemanfaatan bioenergi.
APROBI baru saja menggelar Seminar Nasional bertajuk Peluang dan Tantangan Industri Bioenergi Menyongsong Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Kamis (17/7/2025). Kegiatan tersebut menjadi wadah bertukar wawasan dan pengalaman di sektor energi baru terbarukan (EBT) dengan berbagai pemangku kepentingan.
“Bioenergi merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Karena itu, kami mendorong pemerintah agar membuat kebijakan yang kondusif untuk menjaga semangat para produsen biofuel dan memperluas program energi hijau yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat,” ujar Wakil Ketua Umum Bidang Komunikasi dan Promosi APROBI, Catra de Thouars, dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Jumat (18/7/2025).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyinggung target besar pemerintah untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060. Menurutnya, diperlukan berbagai akselerasi, termasuk dalam pemanfaatan bioenergi.
Eniya menegaskan, periode paling krusial adalah setelah 2030. Pada masa itu, emisi harus menunjukkan tren penurunan agar tetap sejalan dengan visi negara.
“Nah, ini yang sering tidak banyak disadari. Sekarang itu emisinya masih naik, tetapi dalam perencanaan, mulai 2030 ke depan harus turun. Kalau tidak turun, ya sudah, tidak jadi. Tahun 2060 hanya akan jadi omon-omon,” kata Eniya.
Bagaimana strategi mencapainya? Menurut Eniya, pengembangan bioenergi sangat bermanfaat untuk mencapai target tersebut, baik di sektor transportasi, industri, maupun komersial.
“Terkait dengan bioenergi, kita lihat kontribusi terbesarnya memang di sektor industri, kemudian sektor transportasi,” ujarnya.
Sektor-sektor tersebut, lanjut dia, tidak hanya menggerakkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memegang peran utama dalam misi penurunan emisi. “Jadi, kami ingin tekankan bahwa bioenergi itu sangat-sangat diperlukan,” ujar Eniya.